Rabu, 02 Desember 2009
psikopat
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa.Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya.Psikopat merupakan suatu gejala yang menunjukkan bahwa seseorang
mengalami ketidakseimbangan atau mengalami kegagalan dalam menyelaraskan dorongan-dorongan konstruktif dan destruktif dalam dirinya,biasanya dipicu oleh tekanan-tekanan dalam kehidupan atau mengalami trauma yang menyebabkan konflik emosional yang tak menemukan jalan keluar.
Tapi psikopat tak sama dengan schizophrenia,seorang psikopat sesungguhnya normal, artinya ia sadar sepenuhnya mengenai semua yang diperbuatnya hanya saja para psikopat memang cenderung impulsif dan anti sosial.
Orang dengan label psikopat seringkali disebut sebagai "orang gila tanpa gangguan mental".Psikopat, uniknya meskipun dianggap sebagai suatu gangguan atau
penyimpangan kepribadian, justru ternyata tidak tercantum sebagai
penyakit dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
IV, sebuah buku yang memuat daftar penyakit, gangguan atau kelainan jiwa yang diterbitkan oleh para ahli kedokteran jiwa di Amerika Serikat.Mereka mengklasifikasikan psikopat sebagai gangguan kepribadian dissosial. Psikopat memang sama sekali tidak tampil sebagai orang sakit. Sebaliknya, mereka biasanya memiliki kecerdasan diatas
rata-rata. Dan kecerdasan tingkat tingginya ini pulalah yang menyebabkan mereka memiliki kemampuan untuk menampilkan tampak luar yang tenang, kharismatik dan sangat santun. Namun dibalik"bungkusan" yang apik dan menarik itu bersembunyi banyak sifat negatif, seperti tidak bertanggung jawab, tidak memiliki empati, dan naluri kejinya kuat.
Peristiwa cekcok internal rumah tangga hingga ke tahap perceraian, akan menimbulkan trauma tersendiri pada anak-anak.Disadari atau tidak, trauma inilah yang kelak akan sangat mempengaruhi kestabilan emosinya pada saat dewasa.Orang tua hendaknya
waspada pada dampak buruk yang mengintai putra-putri dari produk rumah
tangga cerai.Kadangkala perceraian tak terhindarkan. Namun memadainya
pemahaman psikologis orang tua terhadap pola didik anak,sedikit banyak
akan membantu, paling tidak meminimalkan pengaruh buruk pada mereka,
agar anak tumbuh dengan perkembangan emosi yang terkendali.
Gangguan kepribadian ini merupakan hal yang paling banyak diderita anak-anak yang mengalami masa-masa pahit dalam rumah semasa kecil.ciri-ciri pribadi psikopatik dibawah ini:
• Senang melakukan pelanggaran dan sering bermasalah dalam
perilaku atau perangai ketika kecil.
• Egosentris.
• Menganggap dirinya hebat dan penting, sering tidak mau mengalah.
• Tidak memiliki rasa menyesal dan rasa bersalah.
• Fasih melakukan kebohongan. Karena kecerdasanya yang tinggi ia
pandai mengarang cerita yang sangat meyakinkan. Ia juga biasanya banyak
berbohong tentang jati dirinya, untuk tujuan-tujuan yang tidak baik.
• Sikapnya susah ditebak, kadang-kadang ia bersikap manis, namun
tiba-tiba bisa berubah sebaliknya.
• Impulsif, bila melakukan sesuatu tanpa pikir panjang, dan
biasanya untuk kesenangan diri sendiri.
• Tidak punya empati.
• Tidak bisa mengendalikan emosi. Emosinya bisa meledak-ledak.
Meski sangat mahir tampil santun dan bertutur kata halus, tapi
sesungguhnya sangat temperamental. Bila terpicu amarahnya atau merasa
tersinggung, ia sangat reaktif dan bisa melakukan hal-hal yang ekstrim.
• Manipulatif dan cenderung curang.
para ”psikopat” menderita cacat psikis yang serius. Penderitaan emosional dan rasa kesepian yang kronis akibat tidak dipedulikan, membuat individu-individu ”psikopat” mengalami perkembangan kepribadian yang tidak utuh. Berbagai pengalaman menyakitkan pada usia dini, ditimpali masalah-masalah sosial susulan sepanjang hidup, sering kali menumbuh-kembangkan perilaku anti-sosial pada usia-usia selanjutnya.
Jika anak sengaja menahan buang air ketika diminta atau sudah saatnya buang air. Bisa pula, anak sengaja buang air walaupun belum merasa ingin buang air maupun ketika diminta untuk menahan buang air. Itulah variasi penolakan anak untuk menerima norma dan kontrol sosial. Lebih dari sekedar tanda minimnya empati dan belas kasih, perilaku menyakiti binatang pun mengandung tafsiran simbolik. Yang paling sederhana, ini bisa jadi merupakan ekspresi kebencian yang dipindahkan. Target yang sebenarnya mungkin orang-orang dewasa tertentu atau bahkan dirinya sendiri. Namun karena ada suara hati yang mengingatkan bahwa menyakiti orang lain maupun diri sendiri tidak dibenarkan, maka menyakiti objek pengganti.
Kekerasan yang berulang semasa kanak-kanak, itulah sumber terbentuknya watak-watak mengerikan pada banyak kriminal kelas kakap
Penting diingat bahwa meski perlakuan kekerasan pada usia kanak-kanak dapat meningkatkan kecenderungan perilaku agresif semasa dewasa, tapi sebagian besar anak-anak yang telah mengalaminya, pada kenyataannya tidak tumbuh menjadi individu yang juga menyakiti orang lain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar