Kamis, 04 Maret 2010
Mengelola Anak Hiperaktif
Ada dua ketakutan kaum ibu menyangkut anaknya, autis dan hiperaktif. Jika anaknya terkena autis, ibu akan sangat gugup karena anaknya tak fokus, cenderung pendiam dan sulit beradaptasi. Jika hiperaktif malah gelisah karena anaknya susah dikendalikan. Padahal, rata-rata anak autis dan hiperaktif punya KECERDASAN yang LUAR BIASA.
Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak. Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal, tak bisa berkosentrasi. Keinginannya harus segera dipenuhi. Mereka juga kadang impulsif atau melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada anak usia prasekolah dasar, atau
sebelum mereka berusia 7 tahun.
Anda cemas dan gugup? Tentu, tapi jangan takut. Kami punya resepnya.
Pertama, PERIKSALAH. Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai hiperaktif. Karena itu, Anda perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktif. Yang harus Anda lakukan adalah mengonsultasikan persoalan yang diderita anaknya kepada ahli terapi psikologi anak. Ini penting karena gangguan hiperaktivitas bisa berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik anak, serta kemampuannya dalam menyerap pelajaran dan bersosialisasi. Tujuannya untuk mendapatkan petunjuk dari orang yang tepat tentang apa saja yang bisa Anda lakukan di rumah. Selain itu juga berguna untuk menghapus rasa bersalah dan memperbaiki sikap Anda agar tak terlalu menuntut anak secara berlebihan. Di sini biasanya para ahli akan memberikan obat yang sesuai atau sebuah terapi.
Kedua, PAHAMILAH. Untuk bisa menangani anak hiperaktif, ada baiknya pula jika Anda dan anggota keluarga mengikuti support group dan parenting skill-training. Tujuannya agar bisa lebih memahami sikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual) maupun fisiologis. Jika si anak merasa bahwa orang tua dan anggota keluarga lain bisa mengerti keinginannya, perasaannya,
frustasinya, maka kondisi ini akan meningkatkan kemungkinan anak bisa tumbuh seperti layaknya orang-orang normal lainnya.
Ketiga, LATIH kefokusannya. Jangan tekan dia, terima keadaan itu. Perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat, coba pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajaklah untuk duduk diam. Mintalah agar anak menatap mata Anda ketika berbicara atau diajak berbicara. Berilah arahan dengan nada yang lembuat, tanpa harus
membenatk. Arahan ini penting sekali untuk melatih anak disiplin dan berkonsentrasi pada satu pekerjaan. Anda harus konsisten. Jika meminta dia melakukan sesuatu, jangan berikandia ancaman tapi pengertian, yang membuatnya tahu kenapa Anda berharap dia melakukan itu.
Keempat, TELATENLAH. Jika dia telah “betah” untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf. Latihan ini juga bertujuan untuk memperbaiki cara menulis angka yang tidak baik dan salah. Selanjutnya anak bisa diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Latihan ini sangat berguna untuk melatih motorik halusnya. Bisa pula mulai diberikan latihan berhitung dengan berbagai variasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka dibawah 10. Setelah itu baru diperkenalkan konsep angka “0″ dengan benar.
Jika empat fase di atas telah dapat Anda lewati, bersyukurlah, pasti keaktifan anak Anda sudah dapat difokuskan untuk perkembangan jiwanya. Ini juga akan sangat membantu Anda dalam menjaganya. Dan kini, masukilah tahap berikutnya, bagaimana Anda harus “bekerjasama” dengan dia.
Kelima, BANGKITKAN kepercayaan dirinya. Jika mampu, ini juga bisa dipelajari, gunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif. Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar, memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak. Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.
Di samping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Misalnya, dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orangtua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.
Dalam tahap ini, usahakan emosi Anda berada di titik stabil, sehingga dia tahu, penguat positif itu tidak datang atas kendali amarah. Ingat, anak hiperaktif rata-rata juga sangat sensitif.
Keenam, KENALI arah minatnya. jika dia bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan dari keaktifan dia. Jangan dilarang semuanya, nanti dia prustasi. Yang paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya secara dini.
Dengan begitu, Anda bisa memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya. Misalnya, mengikutkan anak pada klub sepakbola di bawah umur atau berenang, agar anak belajar bergaul dan disiplin. Anak juga belajar bersosial karena ia harus mengikuti tatacara kelompoknya.
Ketujuh, MINTA dia bicara. Ini sangat penting Anda terapkan. Ingat, anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk dengan dirinya sendiri. Karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai-nilai apa saja yang dapat diterima kelompoknya. Misalnya melakukan aktivitas bersama, sehingga Anda bisa mengajarkan anak bagaimana bersosialisasi dengan teman dan lingkungan. Ini memang
butuh kesabaran dan kelembutan.
“Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi si kecil memang butuh waktu. Terlebih dulu ia harus dilengkapi dengan sikap menghargai, tenggang rasa, saling memahami, dan berempati,” ujar Susan Barron, Ph.D, Direktur Pusat Perkembangan dan Pembelajaran Mount Sinai Medical Center di New York dalam salah satu artikelnya di majalah Child.
Terakhir, SIAP bahu-membahu. Jika dia telah mampu mengungkapkan pikirannya, Anda dapat segera membantunya mewujudkan apa yang dia inginkan. Jangan ragu. Bila perlu, bekerja samalah dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya. Mintalah guru tak perlu membentak, menganggap anak nakal, atau mengucilkan, karena akan berdampak lebih buruk bagi kesehatan mentalnya. Kerjasama ini juga penting karena anak sulit berkosentrasi dan menyerap pelajaran dengan baik. Dibutuhkan kesabaran dan bimbingan dari guru bagi anak hiperaktif.
Perilaku hiperaktif anak bisa disebabkan oleh paparan radiasi komputer dan televisi yang berlangsung sejak lama, hidup yang tidak memiliki ritme sejak kecil, serta pola interaksi komunikasi antara orangtua dan anak. Anak yang hiperaktif memiliki gelombang otak yang cenderung tidak teratur sehingga pola perilakunya akan beda dengan anak yang lain. Hiperaktif dapat ditangani dengan pemberian obat oleh neurolog atau peditricians…namun dari penelitian yang ada,behavior therapi atau terapi perilaku seperti memberikan program tertentu untuk mengatur ritme hidup, mendisiplinkan anak, memberi nilai-nilai positif secara terus menerus serta permainan yang terapiutik (seperti bermain patung-patungan, seberapa lama anak dapat bertahan? hasilnya dicatat agar lebih tampak kemajuannya)……
Untuk menstabilkan gelombang otak anak, dapat dilakukan dengan mengurangi menonton tv dan bermain game komputer, lampu yang dimatikan saat tidur, memutarkan musik insrumental relaksasi saat anak tidur, serta diusahakan tidak berteriak-teriak atau membentak anak.
Demikian, semoga bermanfaat.
Sumber : http://www.sulastowo.com/2008/04/16/anak-hiperaktif/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar