Kamis, 04 Maret 2010
Penanganan ADHD
MAGNETICresonance imaging (MRI) dengan teknik baru membuka jalan dalam penanganan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Sekitar dua juta anak ADHD tersebar di seluruh Amerika. Gangguan yang menyebabkan tingkat kontrol rendah dalam perilaku dan pemberian perhatian ini mulai tampak saat preschool dan TK. Penelitian The Proceedings of the National Academy of Science menyebutkan, anak dan remaja ADHD mengalami penundaan perkembangan di beberapa bagian otak tiga tahun dari yang seharusnya.
Bagian penting otak anak ADHD berkembang lebih lambat dibandingkan anak sebayanya. Bahkan,lebih lambat dari anak yang berusia lebih muda. ”Urutan bagian perkembangan otak pada anak dengan ADHD sama persisnya pada anak sehat.Hanya tertunda dari yang seharusnya untuk beberapa tahun,” ujar peneliti dari National Institutes of Health’s National Institute of Mental Health Dr Philip Shaw.
Shaw menunjukkan perkembangan yang terlambat pada beberapa bagian otak yang sangat penting untuk pengontrolan pemikiran, perhatian, dan perencanaan, juga mengingat setiap gerakan, serta mengontrol gerakan. Dalam penelitian itu, Shaw ingin mengungkapkan telah terjadi perbedaan perkembangan yang terhambat pada anak ADHD. ”Ini semacam keterlambatan,” tegasnya. Penemuan ini berdasarkan gambaran yang menggunakan 223 anak dan remaja dengan ADHD dan 223 yang tidak mempunyai gangguan.
Peneliti menggunakan MRI,scan untuk melihat struktur di dalam otak dalam berbagai usia, mengukur ketebalan perkembangan korteks (lapisan luar otak), suatu daerah sebagai pusat perhatian dan pengontrol gerakan. Sementara itu, proses penggambaran penelitian berdasarkan pada empat bagian samping otak besar. Shaw dan koleganya menggunakan teknik baru yang memungkinkan untuk mengukur ketebalan dari jaringan otak pada 40.000 daerah berbeda di korteks.
Mereka memfokuskan pada kelompok usia tertentu, yaitu ketebalan otak selama masa kanak-kanak, yang mulai menipis setelah puber. Setelah tidak berfungsi sebagai peng- hubung akan dipotong. Peneliti menemukan pada anak ADHD,korteks akan mencapai puncak ketebalan dalam rata-rata usia 10,5 tahun. Jika dibandingkan, setara dengan rata-rata usia 7,5 pada anak normal.
”Keterlambatan ini akan dibawa sampai dewasa,” ungkap Shaw seraya menambahkan bahwa penelitian itu juga menunjukkan pola normal dari kematangan korteks, walaupun terlambat pada anak ADHD. Selain itu, penelitian itu memberikan penjelasan kepada keluarga serta membantu mengungkapkan mengapa anak lain tidak mengalami kelainan yang sama. Dengan demikian orangtua diharapkan dapat mengetahui secara lebih dini mengenai masalah ADHD yang dihadapi oleh anak-anak mereka.
”Saya ingin mengatakan dalam penelitian ini tidak hanya duduk dan menunggu sampai tiga tahun dan anak akan baik kembali. ADHD merupakan masalah nyata pada anak-anak, keluarga, serta sekolah––tempat belajar dan membutuhkan perawatan,” tuturnya.
Sementara itu, peneliti dari NIMH Child Psychiatry Branch Dr Judith Rapoport mengatakan, penelitian yang dilakukan tidak sekadar membedakan anak kecil yang bermasalah. ”Peneliti bekerja untuk menentukan perbedaan bagian otak tersebut dan menjelaskan perbedaan yang terjadi,” tutur Rapoport. Sementara itu, Chief of Child Psychiatry dari Rush University Medical Center di Chicago, Dr Louis J Kraus, mengungkapkan pentingnya memahami penelitian itu untuk mengetahui anatomi otak anak ADHD.
”Kami belum mengetahui secara jelas arti penelitian ini. Namun, penelitian itu menyebutkan perubahan beberapa jenis perawatan dari perbedaan struktur otak,” papar Kraus, yang tidak ikut dalam penelitian ini. Perawatan yang diberikan meliputi obat ritalin atau methylphenidate, obat yang mampu menstimulasi dan bertujuan untuk mengurangi impulsif, hiperaktif, dan penambahan perhatian.
Obat ini juga termasuk untuk membantu mengubah dan mengatur perilaku anak dan keluarga. Kraus menambahkan, sebaiknya orangtua tidak membiarkan dan langsung menggunakan beberapa tipe MRI untuk mengetahui keadaan otak anak ADHD sebenarnya. Sebab, gambaran otak tidak selalu dapat mendiagnosis ADHD. ”Walaupun demikian, keterlambatan perkembangan otak sebagai suatu pertanda dan dapat mendeteksi gangguan yang terjadi ketika anak semakin besar,” ujarnya.
Sumber : http://cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=82&Itemid=38
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar