Minggu, 28 Maret 2010

Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Aset paling berharga bagi banyak orang adalah juga aset yang paling belakangan dihargai. Aset itu, bila ditangani dengan semestinya, akan mampu memberikan hasil secara dramatis. Aset yang tidak dapat dikenakan harga setinggi apapun. Itulah otak manusia, pikiran dan proses berfikir. Otak merupakan kawasan penyimpanan yang kapasitasnya luar biasa, menjadi pentinglah untuk berhati-hati di dalam mengisinya. Sebagian orang mempunyai otak yang penuh dengan pemikiran dan pengalaman negatif. Mereka akan secara terus-menerus menanamkan masukan saya tidak mampu dengan setumpuk alasan mengapa mereka tidak mampu. Sehingga ketika dihadapkan pada sebuah kesempatan atau tantangan baru, otak mereka, ketika ditanya, mengirimkan jawaban: Tidak, kamu tidak mampu, atau tanggapan lain semacam itu. Lima langkah yang diperlukan untuk membangun kepercayaan diri dan yang pada gilirannya membangun rasa percaya diri bagi motivasi diri dari dalam. Hindari Mencari-Cari Alasan Begitu banyak orang mengurungkan niat mereka dengan mengajukan alasan yang tidak masuk akal dan samasekali salah. Seperti: - Saya tidak bisa - Saya tidak mampu sebab... - Pendidikan saya belum memadai - Saya sudah terlalu tua - Saya masih terlalu muda, dll Siapapun dapat mencari alasan bagi hampir segalanya, maka dalam membangun kepercayaan diri, jangan sekali-kali membuat alasan. Hal itu mungkin sangat menyenangkan dan menentramkan hati, tetapi alasan-alasan hanya akan menghamabat seseoarang dari pencapaian sasaran. Ingatlah bahwa otak Anda adalah kawasan penyimpanan -- apa yang Anda masukkan pada gilirannya akan keluar lagi, jadi gantilah penyisipan hal-hal negatif dengan hal-hal positif. Gunakan Daya Imajinasi Otak dengan kapasitasnya yang tidak terbatas dapat membantu Anda dengan tanpa batasan mencapai ambisi hidup jika Anda memberinya kesempatan. Biarkan dia menggambarkan diri Anda sebagai pribadi yang Anda inginkan. Dengan jelas menggambarkan apapun wujud yang Anda inginkan. Semakin Anda memikirkan itu semua semakin besar kepastian akan suatu hasil yang positif. Jika Anda terus menerus membiarkan pikiran Anda dipenuhi dengan bermacam-macam pemikiran mengenai penyakit dan kesehatan yang buruk, Anda hampir pasti akan mengalami penyakit yang Anda pikirkan. JIka Anda terus menerus memikirkan hasil negatif tentang pergaulan atau karier bisnis, pemikiran itu pada gilirannya akan mengakar dalam diri Anda. Maka dalam proses membangun kepercayaan diri dengan menmggunakan proses kesan daya imajinasi otak, pentinglah untuk menjadi yakin bahwa apa yang sedang Anda pikirkan dan lihat dengan jelas adalah hal yang positif. Hal yang positif itu harus memungkinkan kesan positif pada diri Anda dan peningkatannya, serta pemikiran positif itu harus mengarah ke sasaran Anda, cita-cita dan kebahagiaan dalam hidup. Jangan Takut Gagal Kegagalan telah mengahalangi begitu banyak orang sehingga mereka mundur sebelum mencoba, berbuat atau meraih keberhasilan sebab mereka tidak mampu menerima terminologi dimana ada kemungkinan untuk gagal. Sebagian orang benar-benar tidak pernah mencoba sesuatupun sebab rasa takut gagal ini telah menguasai otak mereka selama bertahun-tahun. Setiap hari mereka memikirkan kegagalan ini sehingga mereka tidak pernah sungguh-sungguh melakukan sesuatu dan pada akhirnya mereka tidak percaya diri dan penuh keraguan. Penampilan Membentuk Kepercayaan Diri Penampilan luar memang bukan segalanya. Kadang-kadang perlu untuk membelanjakan uang demi penampilan luar yang menarik, karena dengan penampilan luar yang menarik memberi kesempatan yang ada dalam diri Anda untuk merasa baik. Tetapi haruslah tetap bersikap realistis. Sebagian orang bersikap berlebihan dalam penampilan mereka dan pada akhirnya semua itu hanya demi kepuasan ego mereka. Susunlah Catatan Mengenai Sukses Yang Diperoleh Setiap orang pernah mencapai sukses dalam hidupnya. Cara mengumpulkan catatan sukses masa lalu sangat sederhana. Pikirkan balik sukses Anda yang paling awal yang mungkin terjadi pada masa sekolah ketika memenangkan lomba balap kelereng atau balap karung. Mungkin juga berawal dari ucapan selamat ketika memenangkan lomba mengambar atau melukis. Ini bisa dulakukan secara lisan pada suatu audio kaset atau buku catatan. Anda bisa melihat kembali catatan dan memperbaharui aset paling berharga Anda dengan kenangan akan sukses tersebut. Sumber: http://www.mail-archive.com/estika@yahoogroups.com/msg00290.html

Tips Percaya Diri

* BERDIRI TEGAK, Langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah merubah penampilan, berdirilah yang tegak, busungkan dada dan coba tampillah sempurna. Pokoknya jangan sampai kelihatan lecek dech, soalnya penampilan seseorang akan menentukan penilaian orang lain, buatlah kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda. * BERSIKAP ASERTIF, Mulai sekarang cobalah merubah sikap, jadilah orang yang tahu kapan harus berkata tidak dan kapan berkata ya. Coba sekali-kali untuk tidak terlalu membayangkan orang lain akan berkomentar apa tentang diri kamu. Dan jangan takut bikin perubahan. * OBYEKTIF MENILAI DIRI SENDIRI. No body's perfect, nggak ada orang lain di dunia ini yang sempurna, dan nggak ada juga orang di dunia ini yang benar� nggak berguna. Karenanya jujurlah menilai diri sendiri, jangan selalu menganggap dirimu tidak mampu dan orang lain selalu lebih unggul. Semuanya sama meski punya keahlian yang berbeda, jadi buat apa minder....??? Nggak ada untungnya. * BUANG RASA TAKUT. Biasanya orang yang gak pede selalu kesulitan untuk mengungkapkan siapa dirinya pada orang lain. Cara mudah untuk berani menghadapi oarang lain adalah menatap mata lawan bicara kita, tapi jangan memandanginya. Menatap lain dengan memandang, kalau memandang biasanya kamu memperhatikan lawan bicaramu, bagaimana cara bicaranya, bagaimana mimik wajahnya. Boleh saja seperti itu asal jangan kelewatan, apalagi kalo sampi ngiler nggak karuan. * SEDIKIT BASA BASI. Cobalah untuk bersikap basa basi, tapi jangan sampai basi beneran karena akan membosankan. Tidak semuanya basa-basi itu jelek kok, untuk meningkatkan rasa percaya diri kemu boleh juga mencobanya. * BICARALAH YANG LUGAS. salah satu ciri orang yang kurang pede adalah tidak bicara secara lugas, selalu muter�. Dan biasanya terlalu banyak berkata, eeeeeeeeeeeeeeeeeeeee, anu dan yang sejenisnya, misalnya. " saya akan eeeee, anu, saya kan anu......". Sumber: http://www.dudung.net/artikel-bebas/6-tips-tampil-percaya-diri.html

Definisi Thalasemia

Thalassemia adalah sekelompok gejala atau penyakit keturunan yang diakibatkan karena kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin, sebagai bahan utama darah. Darah manusia terdiri atas plasma dan sel darah yang berupa sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Seluruh sel darah tersebut dibentuk oleh sumsum tulang, sementara hemoglobin merupakan salah satu pembentuk sel darah merah. Hemoglobin terdiri dari 4 rantai asam amino (2 rantai amino alpha dan 2 rantai amino beta) yang bekerja bersama-sama untuk mengikat dan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Rantai asam amino inilah yang gagal dibentuk sehingga menyebabkan timbulnya thalassemia. Berdasarkan rantai asam amino yang gagal terbentuk, thalassemia dibagi menjadi thalassemia alpha (hilang rantai alpha) dan thalassemia beta (hilang rantai beta). Sementara itu, hilangnya rantai asam amino bisa secara tunggal (thalassemia minor/trait/heterozigot) maupun ganda (thalassemia mayor/homozigot). Thalassemia alpha disebabkan karena adanya mutasi dari salah satu atau seluruh globin rantai alpha yang ada. Thalassemia alpha dibagi menjadi : • Silent Carrier State (gangguan pada 1 rantai globin alpha). Pada keadaan ini mungkin tidak timbul gejala sama sekali pada penderita, atau hanya terjadi sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat (hipokrom). • Alpha Thalassemia Trait (gangguan pada 2 rantai globin alpha). Penderita mungkin hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari normal (mikrositer). • Hb H Disease (gangguan pada 3 rantai globin alpha). Gambaran klinis penderita dapat bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa (splenomegali). • Alpha Thalassemia Major (gangguan pada 4 rantai globin alpha). Thalassemia tipe ini merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia tipe alpha. Pada kondisi ini tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi. Biasanya fetus yang menderita alpha thalassemia mayor mengalami anemia pada awal kehamilan, membengkak karena kelebihan cairan (hydrops fetalis), perbesaran hati dan limpa. Fetus yang menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan. Thalassemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin yang ada. Thalassemia beta dibagi menjadi : • Beta Thalassemia Trait. Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer). • Thalassemia Intermedia. Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami anemia yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi. • Thalassemia Major (Cooley’s Anemia). Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat. Berbeda dengan thalassemia minor (thalassemia trait/bawaan), penderita thalassemia mayor tidak dapat membentuk haemoglobin yang cukup di dalam darah mereka, sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama-lama akan menyebabkan asfiksia jaringan (kekurangan O2), edema, gagal jantung kongestif, maupun kematian. Oleh karena itu, penderita thalassemia mayor memerlukan transfusi darah yang sering dan perawatan medis demi kelangsungan hidupnya. Sumber: http://www.rotary-cegah-thalassaemia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=15:bagaimana-mencegah-penyakit-thalassemia-pada-keturunan-kita&catid=4:artikel&Itemid=7

penyebab Thalasemia

Thalassemia bukan penyakit menular melainkan penyakit yang diturunkan secara genetik dan resesif. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (Homozigot/Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing membawa sifat thalassemia. Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-masing pembawa sifat thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapatkan gen globin beta yang berubah (gen thalassemia) dari bapak dan ibunya maka anak akan menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah maka anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen globin beta normal dari kedua orang tuanya. Mekanisme penurunan penyakit thalassemia : * Jika kedua orang tua tidak menderita Thalassemia trait/bawaan, maka tidak mungkin mereka menurunkan Thalassemia trait/bawaan atau Thalassemia mayor kepada anak-anak meraka. Semua anak-anak mereka akan mempunyai darah yang normal. Apabila salah seorang dari orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, sedangkan yang lainnya tidak maka satu dibanding dua (50%) kemungkinannya bahwa setiap anak-anak mereka akan menderita Thalassemia trait/bawaan, tetapi tidak seseorang diantara anak-anak mereka Thalassemia mayor. Apabila kedua orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak mereka mungkin akan menderita thalassemia trait/bawaan atau mungkin juga memiliki darah yang normal, atau mereka mungkin menderita Thalassemia mayor. Sumber: http://www.rotary-cegah-thalassaemia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=15:bagaimana-mencegah-penyakit-thalassemia-pada-keturunan-kita&catid=4:artikel&Itemid=7

Mencegah Thalasemia

Karena penyakit ini belum ada obatnya, maka pencegahan dini menjadi hal yang lebih penting dibanding pengobatan. Program pencegahan thalassemia terdiri dari beberapa strategi, yakni (1) penapisan (skrining) pembawa sifat thalassemia, (2) konsultasi genetik (genetic counseling), dan (3) diagnosis prenatal. Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif. Secara prospektif berarti mencari secara aktif pembawa sifat thalassemia langsung dari populasi diberbagai wilayah, sedangkan secara retrospektif ialah menemukan pembawa sifat melalui penelusuran keluarga penderita thalassemia (family study). Kepada pembawa sifat ini diberikan informasi dan nasehat-nasehat tentang keadaannya dan masa depannya. Suatu program pencegahan yang baik untuk thalassemia seharusnya mencakup kedua pendekatan tersebut. Program yang optimal tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik terutama di negara-negara sedang berkembang, karena pendekatan prospektif memerlukan biaya yang tinggi. Atas dasar itu harus dibedakan antara usaha program pencegahan di negara berkembang dengan negara maju. Program pencegahan retrospektif akan lebih mudah dilaksanakan di negara berkembang daripada program prospektif. Konsultasi genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah kawin tetapi belum hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan informasi dan nasehat tentang keadaannya dan kemungkinan bila mempunyai anak. Diagnosis prenatal meliputi pendekatan retrospektif dan prospektif. Pendekatan retrospektif, berarti melakukan diagnosis prenatal pada pasangan yang telah mempunyai anak thalssemia, dan sekarang sementara hamil. Pendekatan prospektif ditujukan kepada pasangan yang berisiko tinggi yaitu mereka keduanya pembawa sifat dan sementara baru hamil. Diagnosis prenatal ini dilakukan pada masa kehamilan 8-10 minggu, dengan mengambil sampel darah dari villi khorialis (jaringan ari-ari) untuk keperluan analisis DNA. Dalam rangka pencegahan penyakit thalassemia, ada beberapa masalah pokok yang harus disampaikan kepada masyarakat, ialah : (1) bahwa pembawa sifat thalassemia itu tidak merupakan masalah baginya; (2) bentuk thalassemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial yang besar, penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian; (3) kelahiran bayi thalassemia dapat dihindarkan. Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus bertambah dari tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah sangat penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita thalassemia ini. Sebaiknya semua orang Indonesia dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan membawa sifat thalassemia. Pemeriksaaan akan sangat dianjurkan bila terdapat riwayat : (1) ada saudara sedarah yang menderita thalassemia, (2) kadar hemoglobin relatif rendah antara 10-12 g/dl walaupun sudah minum obat penambah darah seperti zat besi, (3) ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb normal. “Jadi cegahlah thalassemia dengan pemeriksaan kesehatan pranikah”. Sumber: http://www.rotary-cegah-thalassaemia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=15:bagaimana-mencegah-penyakit-thalassemia-pada-keturunan-kita&catid=4:artikel&Itemid=7

Kelainan Darah atau Thalasemia

Penyakit thalasemia merupakan suatu kelainan darah bersifat genetik. Kerusakan DNA tersebut menyebabkan tidak optimalnya produksi sel darah merah penderitanya serta mudah rusak sehingga kerap menyebabkan anemia. Penyakit ini merupakan penyakit turunan. Jika suami atau istri membawa sifat (carrier) thalasemia, maka 25% anak mereka memiliki kemungkinan menderita thalasemia. Karena itu, ketika sang istri mengandung, disarankan untuk melakukan tes darah di laboratorium untuk mengetahui janinnya mengidap thalesma atau tidak. Jika janin positif terkena thalesma maka di kemudian hari memerlukan transfusi darah secara rutin selama hidupnya. Akibat terburuk penderita bisa meninggal dunia akibat penimbunan zat besi pada organ jantung. Walau penimbunan zat besi akibat transfusi darah terjadi di berbagai organ namun karena jantung mempunyai daya kompensasi yang kurang di banding organ lain, maka banyak penderita thalasemia meninggal karena komplikasi jantung. Gejala Gejala thalasemia bervariasi tergantung derajat kerusakan gen yang terjadi seperti anemia dengan gejala tambahan pucat, sulit tidur, lemas, kurang nafsu makan atau infeksi yang kerap berulang, kemudian juga jantung yang dipaksa bekerja lebih keras untuk memenuhi pembentukan hemoglobin, serta penipisan atau perapuhan tulang karena sumsum tulang juga berperan penting dalam memproduksi hemoglobin tersebut. Pengobatan Hingga kini belum diketahui obat dari penyakit ini. Satu-satunya usaha yang bisa dilakukan adalah tranfusi darah. Sumber: http://health.detik.com/read/2009/07/21/143740/1168770/770/thalasemia

Mengenal Thalasemia

Penyakit thalasemia merupakan suatu kelainan darah bersifat genetik dimana kerusakan DNA akan menyebabkan tidak optimalnya produksi sel darah merah penderitanya serta mudah rusak sehingga kerap menyebabkan anemia. Pusat dari mekanisme kelainan ini terletak pada salah satu gen pembentuk hemoglobin pada sel darah merah manusia, yang sekaligus juga berfungsi utama sebagai pengangkut oksigen. Terkait dengan sifat genetik yang diturunkan pendahulunya ini, dikenal istilah 'thalasemia trait' (pembawa sifatnya). Sebagaimana orang-orang normal, individu-individu pembawa gen ini sama sekali tidak menunjukkan adanya suatu gejala. Masalah yang lebih serius akan terjadi bila sang pasangan juga merupakan seorang pembawa sehingga lebih berpotensi melahirkan anak dengan thalasemia mayor yang nantinya akan memerlukan transfusi darah secara rutin selama hidupnya. Tindakan transfusi ini pun bukan merupakan suatu terapi penyembuh namun hanya bersifat suportif dalam mengurangi gejala dan punya resiko menyebabkan penumpukan zat besi dalam tubuh pula, yang lebih lanjut bisa menyebabkan pembengkakan hati dan limpa. Secara singkat, penjelasannya meliputi keadaan hemoglobin yang mengandung zat besi (Fe). Kerusakan sel darah merah pada penderita thalasemia akan mengakibatkan zat besi tertinggal di dalam tubuh dan bisa menumpuk dalam organ tubuh seperti jantung dan hati dan lama kelamaan akan mengganggu fungsi organ lainnya, selain juga bisa akibat suplai darah merah dari transfusi, dan ini menjadi penyebab kematian utama dari penderita thalasemia, terutama akibat penumpukan pada jantung. Selain berpotensi menghasilkan keturunan penderita thalasemia mayor dan juga minor, pasangan pembawa gen ini juga berpotensi lebih besar dalam menghasilkan keturunan berupa thalasemia trait tadi, sehingga dikhawatirkan dapat menambah jumlah penderita secara cukup pesat. Gejala thalasemia sendiri cukup bervariasi tergantung dari derajat kerusakan gen yang terjadi seperti anemia dengan gejala tambahan pucat, sulit tidur, lemas, kurang nafsu makan atau infeksi yang kerap berulang, kemudian juga jantung yang dipaksa bekerja lebih keras untuk memenuhi pembentukan hemoglobin, serta penipisan atau perapuhan tulang karena sumsum tulang juga berperan penting dalam memproduksi hemoglobin tersebut. Pada tampilan yang khas, penderita thalasemia sering memiliki batang hidung melesak ke dalam yang dikenal juga dengan istilah 'facies cooley' dan merupakan salah satu tanda khas thalasemia mayor. Ada dua jenis thalasemia yang dikenal berdasarkan gejala klinis dan tingkatan keparahannya, yaitu thalasemia mayor dimana kedua orang tuanya merupakan pembawa sifat, serta thalasemia minor dimana gejalanya jauh lebih ringan dan sering hanya sebagai pembawa sifat saja. Pada thalasemia mayor gejala dapat muncul sejak awal masa anak-anak dengan kemungkinan bertahan hidup terbatas. Beberapa kasus yang ditemukan selama ini juga membuat munculnya penggolongan yang lebih baru, yaitu thalasemia intermedia dimana kondisinya berada di tengah-tengah kedua bentuk tersebut. Deteksi dini terhadap penyakit ini sekarang dianggap para ahli sangat penting karena pertambahan jumlah penderita yang cukup pesat tadi, dan hasil penanganannya juga akan lebih baik ketimbang melakukan skrining ketika perjalanan penyakit telah lanjut. Sasaran pendeteksian adalah anak-anak dengan gejala yang dicurigai, pasangan usia subur serta ibu hamil sebagai syarat pemeriksaan prenatal. Deteksi dapat dilakukan sejak bayi masih di dalam kandungan karena kemungkinan lahirnya penderita dari pasangan pembawa gen sebesar 25 persen tadi. Kalaupun harus memperhatikan gejalanya terlebih dahulu seperti pucat, gampang lemas dan sebagainya tadi, masih terlalu umum dan dapat terjadi pada banyak penyakit. Begitupun, gejala awal akan dapat terlihat ketika anak berusia 3 hingga 18 bulan. Sebagian ahli berpendapat, bila tidak ditangani secara serius, anak-anak penderita thalasemia rata-rata hanya dapat bertahan hingga usia 8 tahun saja. Perawatan rutin berupa transfusi rutin terus menerus bisa memperpanjang harapan hidup dengan aktifitas dan kemampuan intelektual sama dengan orang normal, selain perlunya penggunaan obat untuk mengatasi penumpukan zat besi di dalam organ tadi, berupa obat Desferal yang biasa-nya diberikan lewat suntikan di bawah kulit untuk mengikat zat besi dan dikeluarkan melalui urin atau melalui infus. Penemuan obat yang diberikan secara oral bagi penderita diatas usia 2 tahun ini, meski masih cukup mahal, paling tidak dapat memberikan harapan baru bagi penderita thalasemia yang selama ini mendapatkan tindakan terapi dengan cara-cara kurang menyenangkan tersebut, sementara menurut banyak ahli di negara maju, tindakan penatalaksanaan terbaik justru ada pada cara cangkok sumsum tulang dimana jaringan sumsum tulang penderita diganti dengan sumsum tulang donor yang cocok dari anggota keluarga, namun kenyataannya masih cukup sulit untuk dilakukan. Sumber: http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=11027

Kamis, 18 Maret 2010

Kekurangan Vitamin D Penyebab Autis?

John Cannell, ahli penyakit Autistik dari Amerika, mempublikasikan penelitiannya yang terkait masalah autisme. Yaitu, teori bahwa kasus autisme pada anak kemungkinan disebabkan kekurangan vitamin D. Pendiri Vitamin D Council --organisasi waralaba untuk penyandang autis-- ini mengatakan banyak faktor yang mneyebakan autisme. "Seperti genetik, tetapi ia memberikan fakta terbaru bahwa autisme dapat terjadi karena kekurangan vitamin D." Ada beberapa bukti untuk mendukung teorinya, yaitu : 1. Timbulnya autisme selama 20 tahun ini meningkat pesat. Para ahli pengobatannya banyak yang menyarankan untuk mencegahnya dengan menggunakan serum vitamin D. 2. Dalam studi penelitian hewan, terungkap fakta bahwa kekurangan vitamin D pada hewan juga dapat membuat otak hewan kekurangan protein dan menyebabkan gejala abnormal pada hewan seperti autis pada manusia. 3. Anak yang kekurangan vitamin D dan memiliki gejala autis, dapat berkurang dengan pemberian vitamin D dosis tinggi dan terapi secara teratur 4. Autisme merupakan masalah yang banyak dihadapi kalangan orang yang kekurangan viatamin D. Dr. Cannell mengungkapkan pemberian prenatal vitamin sebesar 400 IU sangat tidak berpengaruh terutama untuk wanita hamil. Ia mengatakan, wanita hamil membutuhkan setidaknya 5000 IU vitamin D per hari. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan kalsium pada darah. Selain itu, wanita hamil juga harus mengurangi konsumsi vitamin A (kecuali dari zat betakaroten alami). Hal itu karena vitamin A memiliki efek negatif pada fungsionalisasi vitamin D. Cannell juga menyarankan memberikan vitamin D dalam bentuk serum 70 - 90 ng/ mililiter bagi penderita autis. Dan, jangan lupa bicarakan sedetail mungkin pada dokter terkait terapi dengan pemberian vitamin D dosis tinggi pada anak Anda. • VIVAnews

Ciri-ciri Autis

Banyak sekali definisi yang beredar tentang Autis. Tetapi secara garis besar, Autis, adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak biasa disebut dengan Autis Infantil. Schizophrenia juga merupakan gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri: berbicara, tertawa, menangis, dan marah-marah sendiri. Tetapi, ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari Autis pada penderita Schizophrenia dan penyandang Autis Infantil. Schizophrenia disebabkan oleh proses regresi karena penyakit jiwa, sedangkan pada anak-anak penyandang Autis Infantil terdapat kegagalan perkembangan. Gejala Autis Infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak, gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang ibu yang sangat cermat memantau perkembangan anaknya sudah akan melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia 1 tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya tatap mata. Untuk memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak,digunakan standar internasional tentang autis. ICD-10 (InternationalClassification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic andStatistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk Autis Infantil yang isinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh dunia. Kriteria tersebut adalah: Untuk hasil diagnosa, diperlukan total 6 gejala (atau lebih) dari no. (1), (2), dan (3), termasuk setidaknya 2 gejala dari no. (1) dan masing-masing 1 gejala dari no. (2) dan (3). 1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. * Minimal harus ada dua dari gejala-gejala di bawah ini:Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak- gerik kurang tertuju. * Tidak bisa bermain dengan teman sebaya. – Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain). * Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik. 2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus adasatu dari gejala-gejala di bawah ini: * Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang.Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi. * Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang. * Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru. 3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala di bawah ini: * Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan. * Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya. * Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang. * Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang: a. interaksi sosial, b. bicara dan berbahasa, c. cara bermain yang monoton, kurang variatif. Autis bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Kanak. Namun, kemungkinan kesalahan diagnosis selalu ada, terutama pada autis ringan. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau hiperaktivitas. Autis memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada. Sumber: http://doktersehat.com/2007/11/08/mengenal-autis-dan-ciri-ciri-nya/

Kelebihan Anak Autis

Kini Adihutama Wirasatya, 9 tahun, sudah mahir memainkan gamelan. Bahkan ia sudah bisa mencari nada sendiri dari alat musik tradisional itu. Kemudian murid kelas III Sekolah Dasar Negeri I, Ngemplak, Klaten, ini memiliki pemahaman konsep abstrak yang tidak kalah dengan teman sebayanya. Padahal tidak banyak yang bisa dikerjakan Wira--panggilannya--saat usianya beranjak lima tahun. Kala itu bocah laki-laki ini cuma bisa mengamuk dan menangis. Dia tidak bisa duduk tenang, berbicara, bahkan kesulitan untuk buang air besar. "Yang jelas, saraf motorik kasar dan halusnya tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya," ujar sang bunda, Lucy Catherine Isabella, 38 tahun, kepada Tempo saat dihubungi melalui telepon selulernya kemarin. Menurut Lucy, pada usia 18 bulan, Wira divonis dokter telah mengidap gangguan spektrum autistik. Nah, pasca-vonis itu, Lucy mencoba beragam pilihan pengobatan demi anaknya. Awalnya, dokter menawari operasi anus buatan di perut Wira sebagai solusi kesulitan buang air besarnya. Padahal semua organ pencernaannya normal dan asupan seratnya pun tinggi. Karena itu, Lucy memutuskan tidak menuruti tindakan medis tersebut. Selain dokter, alumnus Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada 1996 ini mencoba terapi psikiater untuk membantu kemampuan bicara dan pengendalian emosi Wira. Tapi hasilnya, si kecil tidak mengalami kemajuan berarti. Hingga suatu kali, saat Wira berusia 5,5 tahun, Lucy tertarik mendatangi Arogya Mitra Akupuntur, yang terletak di Dukuh Ngemplak, Kalikotes, Klaten, Jawa Tengah. "Ternyata hasilnya luar biasa," Lucy mengungkapkan. Baru dua bulan terapi tusuk jarum oleh Eko Tunggono, anaknya sudah mengeluarkan suara. Kemajuan pun terus diraihnya. Memasuki bulan keenam, Wira bisa bicara layaknya anak normal. "Buang air besarnya juga sudah bisa secara alami," mantan wartawati media harian di Ibu Kota ini memaparkan. Seiring terapi, Lucy menjelaskan, dia selalu menumbuhkan persepsi positif terhadap anaknya. Ia pun selalu mengembangkan diri agar bisa memahami anaknya dengan baik. Yang terpenting, ia yakin kepada segala kemungkinan terbaik dan tidak pernah menyerah. Walhasil, kini Wira tumbuh menjadi anak sehat secara fisik maupun mental. Dan sebagai apresiasinya terhadap Eko Tunggono, Lucy menulis buku berjudul Dari Pulau Buru Menjadi Penyelamat Anak-anak Autis Hiperaktif pada Maret lalu. Apalagi di Klinik Arogya Mitra, Eko berusaha keras untuk mengembangkan kemampuan anak autis dan hiperaktif. Sebetulnya, tidak cuma Lucy yang menghadapi problematika seperti ini. Masih banyak orang tua lain yang mencari solusi demi penyembuhan anak mereka sebagai pengidap autistik. Satu di antaranya adalah presenter televisi, Muhammad Farhan, 39 tahun. Anak pertamanya, Muhammad Ridzky Khalid, 10 tahun, divonis dokter mengidap autistik pada usia 18 bulan. Sejak itu, bagi Farhan, yang terpenting adalah memberi pendidikan mengenai aturan dasar bagi Ridzky. "Paling tidak dia tahu norma dan sopan santun yang sudah berlaku umum," katanya saat ditemui seusai acara peduli autisme sedunia di Graha Sucofindo, Jakarta, Kamis pekan lalu, misalnya, seperti cara membersihkan diri setelah dari kamar mandi, memakai pakaian, dan cara makan yang benar. "Kan tidak mungkin saat usianya 20 tahun, (dia masih) dicebokin bapaknya." Kemudian suami Nani Rubiyani ini selalu menumbuhkan sifat percaya diri kepada anaknya. Caranya dengan membawa Ridzky ke tempat-tempat umum, seperti pusat perbelanjaan. "Ada beberapa orang tua malu membawa anaknya ke luar rumah. Bahkan sampai ada yang disembunyikan," katanya. Hal itu semakin membuat si anak terasing dari lingkungannya. Selain itu, dia tidak membebani target bagi si kecil harus bisa apa dalam beberapa bulan setelah sekolah. Ridzky sendiri adalah siswa sekolah inklusi di Sekolah Global Mandiri, Jakarta. Saat ini, Ridzky ahli dalam pengetahuan tentang klasifikasi hewan dan tumbuhan. Tidak itu saja, dia juga hafal letak kota setiap negara yang terpampang di peta dunia. "Sebab itu, kalau ke Singapura atau Bali, kami selalu menyempatkan pergi ke kebun binatangnya," ujar pria kelahiran Bogor ini. Yang jelas, kata Farhan, jika diarahkan ke jalur yang benar, anak autis berpotensi memiliki keahlian yang melebihi orang normal. Hal itu sudah ada contohnya. Lihat saja kiprah seorang anak autis, Oscar Yura Dompas, 29 tahun, yang mampu menyabet gelar sarjana Sastra Inggris dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta. Oscar berhasil mempertahankan scientific writing berjudul Plot Analyzes of Erich Maria Remarque's All Quiet On The Western Front. Selain itu, pemuda berkepala plontos ini telah menelurkan buku berjudul Autistic Journey pada 2004. "Ke depan, saya lagi nulis naskah film mengenai anak autis sedang jatuh cinta," katanya saat ditemui Tempo di Graha Sucofindo, Jakarta, Kamis pekan lalu. Menurut sang ayah, Jeffrey Dompas, 52 tahun, sedari kecil Oscar tidak pernah mendapatkan terapi apa pun. Dia meyakini bahwa yang dibutuhkannya hanya naluri dasar orang tua untuk memahami dirinya. "Jadi, bagaimana memperlakukan dia layaknya anak normal saja," ujarnya dalam kesempatan yang sama. Profesor Komaruddin Hidayat pun menyebutkan, anak autis bisa berkembang lebih optimal lewat pendidikan. "Pendidikan dapat membangkitkan rasa percaya diri anak autis," katanya pada kesempatan yang sama. Untuk itu, ia menekankan, peranan keluarga sangat dibutuhkan bagi kemajuan kognitif si anak. "Keluarga adalah solusi bagi anak autis," ia menegaskan. Autis merupakan kumpulan gejala gangguan perilaku yang bervariasi pada setiap anak. Gangguan perilaku dapat berupa kurangnya interaksi sosial, penghindaran kontak mata, kesulitan dalam mengembangkan bahasa, dan pengulangan tingkah laku. Beberapa anak bahkan mengulang atau meniru perkataan yang diucapkan orang lain kepada mereka. Anak-anak penyandang autis juga mengalami kesulitan untuk melibatkan diri dalam permainan yang mengembangkan imajinasi. Gangguan perkembangan yang dialami anak autis tersebut dapat berubah sejalan dengan waktu. Perilaku autis mulai dikenali pada saat anak berusia kurang dari 30 bulan, tetapi saat ini melalui bukti-bukti yang kuat, diagnoasa autisme dapat dilihat saat anak berusia sekitar 18-36 bulan. Menurut Prof.Dr.Mulyono Abdurrahman, ketua program studi pendidikan anak usia dini, Universitas Negeri Jakarta, Posyandu (pos pelayanan terpadu), seharusnya menjadi ujung tombak untuk mendeteksi apakah seorang anak memiliki ciri autisme. "Selain dokter, di Posyandu sebaiknya juga ada pakar pendidikan usia dini yang memiliki pengetahuan tentang ciri-ciri anak berkebutuhan khusus seperti autis. Sehingga lebih cepat tertangani," ujarnya. Autisme cenderung merupakan kondisi seumur hidup, karenanya identifikasi, penanganan dan support sedini mungkin mutlak diperlukan untuk menolong anak autis untuk dapat hidup berbaur dan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Semakin dini seorang anak dideteksi dan langsung mendapat terapi, semakin besar kemungkinan kesembuhannya. Secara umum, anak autis dikatakan "sembuh" bila mampu hidup mandiri (sesuai dengan tingkat usia), berperilaku normal, berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lancar serta memiliki pengetahuan akademis yang sesuai anak seusianya. Komunitas alami Professor Ho Lai Yun, dokter anak dari Singapore General Hospital, menyatakan, membangun dan mengembangkan anak berkebutuhan khusus, termasuk autis, hanya dapat dimulai di dalam komunitas alaminya atau di tempat mereka tinggal dan berinteraksi. Informasi yang lengkap tentang anak autis serta hubungan yang mendalam, penting untuk perawatan dan perkembangan anak. Jika anak autis dimasukkan dalam playgroup atau taman kanak-kanak, para guru harus berkomunikasi secara teratur dengan orangtua si anak. Hal ini berpengaruh terhadap pembelajaran dan perkembangan kemampuan anak. Lai Yun juga menambahkan, para guru, terapis dan orangtua anak autis harus mampu mengenali kelemahan dan kelebihan anak. Sering terjadi, sisi positif anak autis tidak disadari karena tertutup sifat-sifat negatif. "Cari tahu apa talent si anak, apa yang disukainya dan perbaiki kelemahannya. Orangtua harus berani memberi kesempatan pada anak penyandang autis" kata Lai Yun di depan peserta seminar tentang anak Autis, Kamis (22/6) di Jakarta. Mendidik anak autis bukan hal sederhana. Memandirikan anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti autis seharusnya bukan hanya kewajiban orangtuanya semata, tetapi menjadi tugas semua pihak sebagai satu komunitas. di kutip dari beberapa Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/04/06/brk,20090406-168544,id.html http://manise777.multiply.com/reviews/item/109

Salah Satu Penyebab Autis

Menurut sumber yang diambil dari Australasian Journal or Clinical Environment Medicine, Wi-Fi mungkin berpengaruh terhadap resiko penyakit autis terhadap anak. Dr. George Carlo yang mempelajari hal ini mengatakan bahwa gelombang radiasi elektromaknetik yang ada dapat memicu terjadi penyakit ini. Walaupun belum ada bukti nyata mengenai masalah ini tetapi tidak ada salahnya kita mencoba untuk menghindarinya walaupun kami belum tahu bagaimana caranya. Satu cara, jangan pernah menggunakan Wi-Fi. Selain itu autisme mempunyai penyebab neurobiologist yang sangat kompleks. Gangguan neurobiologist ini dapat disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan lingkungan seperti pengaruh negatif selama masa perkembangan otak . Banyak faktor yang menyebabkan pengaruh negatif selama masa perkembangan otak , antara lain ; penyakit infeksi yang mengenai susunan saraf pusat, trauma, keracunan logam berat dan zat kimia lain baik selama masa dalam kandungan maupun setelah dilahirkan, gangguan imunologis, gangguan absorpsi protein tertentu akibat kelainan di usus. di kutip dari beberapa sumber: http://www.otakku.com/2007/11/23/wi-fi-signals-might-cause-childhood-autism/ http://www.infoibu.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=68

Terapi yang Efektif untuk Anak Autis

Bila ada pertanyaan mengenai terapi apa yang efektif? Maka jawaban atas pertanyaan ini sangat kompleks, bahkan para orang tua dari anak-anak dengan autisme pun merasa bingung ketika dihadapkan dengan banyaknya treatment dan proses pendidikan yang ditawarkan bagi anak mereka. Beberapa jenis terapi bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu sementara terapi lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan perkembangan lainnya, tidak banyak petunjuk treatment yang telah dipublikasikan apalagi prosedur yang standar dalam menangani autisme. Bagaimanapun juga para ahli sependapat bahwa terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh setiap anak autis, misalnya; komunikasi dan persoalan-persolan perilaku. Treatment yang komprehensif umumnya meliputi; Terapi Wicara (Speech Therapy), Okupasi Terapi (Occupational Therapy) dan Applied Behavior Analisis (ABA) untuk mengubah serta memodifikasi perilaku. Berikut ini adalah suatu uraian sederhana dari berbagai literatur yang ada dan ringkasan penjelasan yang tidak menyeluruh dari beberapa treatment yang diakui saat ini. Menjadi keharusan bagi orang tua untuk mencari tahu dan mengenali treatment yang dipilihnya langsung kepada orang-orang yang profesional dibidangnya. Sebagian dari teknik ini adalah program menyeluruh, sedang yang lain dirancang menuju target tertentu yang menjadi hambatan atau kesulitan para penyandangnya. * Educational Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: Applied Behavior Analysis (ABA) yang prinsip-prinsipnya digunakan dalam penelitian Lovaas sehingga sering disamakan dengan Discrete Trial Training atau Intervensi Perilaku Intensif. * Pendekatan developmental yang dikaitkan dengan pendidikan yang dikenal sebagai Floortime. * TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication – Handicapped Children). * Biological Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: diet, pemberian vitamin dan pemberian obat-obatan untuk mengurangi perilaku-perilaku tertentu (agresivitas, hiperaktif, melukai diri sendiri, dsb.). * Speech – Language Therapy (Terapi Wicara), meliputi tetapi tidak terbatas pada usaha penanganan gangguan asosiasi dan gangguan proses auditory/pendengaran. * Komunikasi, peningkatan kemampuan komunikasi, seperti PECS (Picture Exchange Communication System), bahasa isyarat, strategi visual menggunakan gambar dalam berkomunikasi dan pendukung-pendukung komunikasi lainnya. * Pelayanan Autisme Intensif, meliputi kerja team dari berbagai disiplin ilmu yang memberikan intervensi baik di rumah, sekolah maupun lngkungan sosial lainnya. * Terapi yang bersifat Sensoris, meliputi tetapi tidak terbatas pada Occupational Therapy (OT), Sensory Integration Therapy (SI) dan Auditory Integration Training (AIT). Dengan adanya berbagai jenis terapi yang dapat dipilih oleh orang tua, maka sangat penting bagi mereka untuk memilih salah satu jenis terapi yang dapat meningkatkan fungsionalitas anak dan mengurangi gangguan serta hambatan autisme. Sangat disayangkan masih minim data ilmiah yang mampu mendukung berbagai jenis terapi yang dapat dipilih orang tua di Indonesia saat ini. Fakta menyebutkan bahwa sangat sulit membuat suatu penelitian mengenai autisme. Sangat banyak variabel-variabel yang dimiliki anak, dari tingkat keparahan gangguannya hingga lingkungan sekitarnya dan belum lagi etika yang ada didalamnya untuk membuat suatu penelitian itu sungguh-sungguh terkontrol. Sangat tidak mungkin mengkontrol semua variabel yang ada sehingga data yang dihasilkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mungkin secara statistik tidak akurat. Tidak ada satupun jenis terapi yang berhasil bagi semua anak. Terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, berdasarkan pada potensinya, kekurangannya dan tentu saja sesuai dengan minat anak sendiri. Terapi harus dilakukan secara multidisiplin ilmu, misalnya menggunakan; okupasi terapi, terapi wicara dan terapi perilaku sebagai basisnya. Tenaga ahli yang menangani anak harus mampu mengarahkan pilihan-pilihan anda terhadap berbagai jenis terapi yang ada saat ini. Tidak ada jaminan apakah terapi yang dipilih oleh orang tua maupun keluarga sungguh-sungguh akan berjalan efektif. Namun demikian, tentukan salah satu jenis terapi dan laksanakan secara konsisten, bila tidak terlihat perubahan atau kemajuan yang nyata selama 3 bulan dapat melakukan perubahan terapi. Bimbingan dan arahan yang diberikan harus dilaksanakan oleh orang tua secara konsisten. Bila terlihat kemajuan yang signifikan selama 3 bulan maka bentuk intervensi lainnya dapat ditambahkan. Tetap bersikap obyektif dan tanyakan kepada para ahli bila terjadi perubahan-perubahan perilaku lainnya. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme

Penelitian Autisme

Tahun 1960 penanganan anak dengan autisme secara umum didasarkan pada model psikodinamika, menawarkan harapan akan pemulihan melalui experiential manipulations (Rimland, 1964). Namun demikian model psikodinamika dianggap tidak cukup efektif. Pada pertengahan tahun 1960-an, terdapat sejumlah laporan penelitian bahwa pelaku psikodinamik tidak dapat memberikan apa yang mereka janjikan (Lovaas, 1987). Melalui berbagai literatur, dapat disebutkan beberapa ahli yang memiliki perbedaan filosofis, variasi-variasi treatment dan target-target khusus lainnya, seperti: * Rimland (1964): Meneliti karakteristik orang tua yang memiliki anak dengan autisme, seperti: pekerja keras, pintar, obsesif, rutin dan detail. Ia juga meneliti penyebab autisme yang menurutnya mengarah pada faktor biologis. * Bettelheim (1967): Ide penyebab autisme adalah adanya penolakan dari orang tua. Infantile Autism disebabkan harapan orang tua untuk tidak memiliki anak, karena pada saat itu psikoterapi yang sangat berpengaruh, maka ia menginstitusionalkan 46 anak dengan autistime untuk keluar dari stress berat. Namun tidak dilaporkan secara detail kelanjutan dari hasil pekerjaannya tersebut. * Delacato (1974): Autisme disebabkan oleh Brain injured. Sebagai seorang Fisioterapi maka Delacato memberikan treatment yang bersifat sensoris. Pengaruh ini kemudian berkembang pada Doman yang dikemudian hari mengembangkan metode Gleen Doman. * Lovaas (1987): Mengaplikasikan teori Skinne dan menerapkan Behavior Modification kepada anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk anak dengan autistisme di dalamnya. Ia membuat program-program intervensi bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang dilakukannya di UCLA. Dari hasil program-program Lovaas, anak-anak dengan autisme mendapatkan program modifikasi perilaku yang kemudian berkembang secara professional dalam jurnal-jurnal psikologi. Hingga saat ini terdapat banyak program intervensi perilaku bagi anak dengan autisme, setiap program memiliki berbagai variasi dan pengembangan-pengembangan sendiri sesuai dengan penelitian-penelitan dilakukan. Perkembangan studi mengenai autisme kemudian disampaikan oleh Rogers, Sally J., sebagaimana disebutkan di bawah ini: * 1960s Heavy emphasis on causes of autism, correlates of autism * 1970s Heavy emphasis on assessment, diagnosis: emerging literature on treatment * 1980s Heavy emphasis on functional assessment and treatment, school-based services * 1990s Heavy emphasis on social interventions, assessment, school-based services * 2000s Litigation, school-based services Secara historis, diagnosa autisme memiliki persoalan; suatu ketika para ahli dan peneliti dalam bidang autisme bersandarkan pada ada atau tidaknya gejala, saat ini para ahli dan peneliti tampaknya berpindah menuju berbagai karakteristik yang disebut sebagai continuum autism. Aarons dan Gittents (1992) merekomendasikan adanya descriptive approach to diagnosis. Ini adalah suatu pendekatan deskriptif dalam mendiagnosa sehingga menyertakan observasi-observasi yang menyeluruh di setting-setting sosial anak sendiri. Settingya mungkin di sekolah, di taman-taman bermain atau mungkin di rumah sebagai lingkungan sehari-hari anak dimana hambatan maupun kesulitan mereka tampak jelas diantara teman-teman sebaya mereka yang ‘normal’. Persoalan lain yang mempengaruhi keakuratan suatu diagnosa seringkali juga muncul dari adanya fakta bahwa perilaku-perilaku yang bermasalah merupakan atribut dari pola asuh yang kurang tepat. Perilaku-perilaku tersebut mungkin saja merupakan hasil dari dinamika keluarga yang negatif dan bukan sebagai gejala dari adanya gangguan. Adanya interpretasi yang salah dalam memaknai penyebab mengapa anak menunjukkan persoalan-persoalan perilaku mampu menimbulkan perasaan-perasaan negatif para orang tua. Pertanyaan selanjutnya kemudian adalah apa yang dapat dilakukan agar diagnosa semakin akurat dan konsisten sehingga autisme sungguh-sungguh terpisah dengan kondisi-kondisi yang semakin memperburuk? Perlu adanya sebuah model diagnosa yang menyertakan keseluruhan hidup anak dan mengevaluasi hambatan-hambatan dan kesulitan anak sebagaimana juga terhadap kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan anak sendiri. Mungkin tepat bila kemudian disarankan agar para profesional di bidang autisme juga mempertimbangkan keseluruhan area, misalnya: perkembangan awal anak, penampilan anak, mobilitas anak, kontrol dan perhatian anak, fungsi-fungsi sensorisnya, kemampuan bermain, perkembangan konsep-konsep dasar, kemampuan yang bersifat sikuen, kemampuan musikal, dan lain sebagainya yang menjadi keseluruhan diri anak sendiri. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme

Penanganan Autis

Intensitas dari treatment perilaku pada anak dengan autisme merupakan hal penting, namun persoalan-persoalan mendasar yang ditemui di Indonesia menjadi sangat krusial untuk diatasi lebih dahulu. Tanpa mengabaikan faktor-faktor lain, beberapa fakta yang dianggap relevan dengan persoalan penanganan masalah autisme di Indonesia diantaranya adalah: 1. Kurangnya tenaga terapis yang terlatih di Indonesia. Orang tua selalu menjadi pelopor dalam proses intervensi sehingga pada awalnya pusat-pusat intervensi bagi anak dengan autisme dibangun berdasarkan kepentingan keluarga untuk menjamin kelangsungan pendidikan anak mereka sendiri. 2. Belum adanya petunjuk treatment yang formal di Indonesia. Tidak cukup dengan hanya mengimplementasikan petunjuk teatment dari luar yang penerapannya tidak selalu sesuai dengan kultur kehidupan anak-anak Indonesia. 3. Masih banyak kasus-kasus autisme yang tidak di deteksi secara dini sehingga ketika anak menjadi semakin besar maka semakin kompleks pula persoalan intervensi yang dihadapi orang tua. Para ahli yang mampu mendiagnosa autisme, informasi mengenai gangguan dan karakteristik autisme serta lembaga-lembaga formal yang memberikan layanan pendidikan bagi anak dengan autisme belum tersebar secara merata di seluruh wilayah di Indonesia. 4. Belum terpadunya penyelenggaraan pendidikan bagi anak dengan autisme di sekolah. Dalam Pasal 4 UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah diamanatkan pendidikan yang demokratis dan tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, dukungan ini membuka peluang yang besar bagi para penyandang autisme untuk masuk dalam sekolah-sekolah umum (inklusi) karena hampir 500 sekolah negeri telah diarahkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan inklusi. 5. Permasalahan akhir yang tidak kalah pentingnya adalah minimnya pengetahuan baik secara klinis maupun praktis yang didukung dengan validitas data secara empirik (Empirically Validated Treatments/EVT) dari penanganan-penanganan masalah autisme di Indonesia. Studi dan penelitian autisme selain membutuhkan dana yang besar juga harus didukung oleh validitas data empirik, namun secara etis tentunya tidak ada orang tua yang menginginkan anak mereka menjadi percobaan dari suatu metodologi tertentu. Kepastian dan jaminan bagi proses pendidikan anak merupakan pertimbangan utama bagi orang tua dalam memilih salah satu jenis treatment bagi anak mereka sehingga bila keraguan ini dapat dijawab melalui otoritas-otoritas ilmiah maka semakin terbuka informasi bagi masyarakat luas mengenai pengetahuan-pengetahuan baik yang bersifat klinis maupun praktis dalam proses penanganan masalah autisme di Indonesia. Bagi para orang tua dan keluarga sendiri perlu juga dicatat bahwa gejala autisme bersifat individual; akan berbeda satu dengan lainnya meskipun sama-sama dianggap sebagai low functioning atau dianggap sebagai high functioning. Membutuhkan kesabaran untuk menghadapinya dan konsistensi untuk dalam penanganannya sehingga perlu disadari bahwa bahwa fenomena ini adalah suatu perjalanan yang panjang. Jangan berhenti pada ketidakmampuan anak tetapi juga perlu menggali bakat-bakat serta potensi-potensi yang ada pada diri anak. Sebagai inspirasi kiranya dapat disebutkan beberapa penyandang autisme yang mampu mengembangkan bakat dan potensi yang ada pada diri mereka, misalnya: Temple Grandine yang mampu mengembangkan kemampuan visual dan pola berpikir yang sistematis sehingga menjadi seorang Doktor dalam bidang peternakan, Donna William yang mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dan bakat seninya sehingga dapat menjadi seorang penulis dan seniman, Bradley Olson seorang mahasiswa yang mampu mengembangkan kemampuan kognitif dan kebugaran fisiknya sehingga menjadi seorang pemuda yang aktif dan tangkas dan mungkin masih banyak nama-nama lain yang dapat menjadi sumber inspirasi kita bersama. Pada akhirnya, sebuah label dari suatu diagnosa dapat dikatakan berguna bila mampu memberikan petunjuk bagi para orang tua dan pendidik mengenai kondisi alamiah yang benar dari seorang anak. Label yang menimbukan kebingungan dan ketidakpuasan para orang tua dan pendidik jelas tidak akan membawa manfaat apapun. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme

Gejala Autis

Anak dengan autisme dapat tampak normal di tahun pertama maupun tahun kedua dalam kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan-rangasangan dari kelima panca inderanya (pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilaku-perilaku repetitif (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan dan mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan. Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah sangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku-perilaku terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi gejala-gejala tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang terbatas dan hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada para penyandang autisme adalah respon-respon yang tidak wajar terhadap informasi sensoris yang mereka terima, misalnya; suara-suara bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi kesukaan mereka. Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang disebutkan berikut ini dapat diamati pada para penyandang autisme beserta spektrumnya baik dengan kondisi yang teringan hingga terberat sekalipun. 1. Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa. 2. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi. 3. Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar. 4. Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali. 5. Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentu Para penyandang Autisme beserta spektrumnya sangat beragam baik dalam kemampuan yang dimiliki, tingkat intelegensi, dan bahkan perilakunya. Beberapa diantaranya ada yang tidak 'berbicara' sedangkan beberapa lainnya mungkin terbatas bahasanya sehingga sering ditemukan mengulang-ulang kata atau kalimat (echolalia). Mereka yang memiliki kemampuan bahasa yang tinggi umumnya menggunakan tema-tema yang terbatas dan sulit memahami konsep-konsep yang abstrak. Dengan demikian, selalu terdapat individualitas yang unik dari individu-individu penyandangnya. Terlepas dari berbagai karakteristik di atas, terdapat arahan dan pedoman bagi para orang tua dan para praktisi untuk lebih waspasa dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat. The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut : 1. Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan 2. Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada, menggenggam) hingga usia 12 bulan 3. Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan 4. Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan 5. Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu Adanya kelima ‘lampu merah’ di atas tidak berarti bahwa anak tersebut menyandang autisme tetapi karena karakteristik gangguan autisme yang sangat beragam maka seorang anak harus mendapatkan evaluasi secara multidisipliner yang dapat meliputi; Neurolog, Psikolog, Pediatric, Terapi Wicara, Paedagog dan profesi lainnya yang memahami persoalan autisme. sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme

Mendiagnosa Autisme

Gejala autisme dapat sangat ringan (mild), sedang (moderate) hingga parah (severe), sehingga masyarakat mungkin tidak menyadari seluruh keberadaannya. Parah atau ringannya gangguan autisme sering kemudian di-paralel-kan dengan keberfungsian. Dikatakan oleh para ahli bahwa anak-anak dengan autisme dengan tingkat intelegensi dan kognitif yang rendah, tidak berbicara (nonverbal), memiliki perilaku menyakiti diri sendiri, serta menunjukkan sangat terbatasnya minat dan rutinitas yang dilakukan maka mereka diklasifikasikan sebagai low functioning autism. Sementara mereka yang menunjukkan fungsi kognitif dan intelegensi yang tinggi, mampu menggunakan bahasa dan bicaranya secara efektif serta menunjukkan kemampuan mengikuti rutinitas yang umum diklasifikasikan sebagai high functioning autism. Dua dikotomi dari karakteristik gangguan sesungguhnya akan sangat berpengaruh pada implikasi pendidikan maupun model-model treatment yang diberikan pada para penyandang autisme. Kiranya melalui media ini penulis menghimbau kepada para ahli dan paktisi di bidang autisme untuk semakin mengembangkan strategi-strategi dan teknik-teknik pengajaran yang tepat bagi mereka. Apalagi mengingat fakta dari hasil-hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa 80% anak dengan autisme memiliki intelegensi yang rendah dan tidak berbicara atau nonverbal. Namun sekali lagi, apapun diagnosa maupun label yang diberikan prioritasnya adalah segera diberikannya intervensi yang tepat dan sungguh-sungguh sesuai dengan kebutuhan mereka. Referensi baku yang digunakan secara universal dalam mengenali jenis-jenis gangguan perkembangan pada anak adalah ICD (International Classification of Diseases) Revisi ke-10 tahun 1993 dan DSM (Diagnostic And Statistical Manual) Revisi IV tahun 1994 yang keduanya sama isinya. Secara khusus dalam kategori Gangguan Perkembangan Perpasiv (Perpasive Developmental Disorder/PDD): Autisme ditunjukkan bila ditemukan 6 atau lebih dari 12 gejala yang mengacu pada 3 bidang utama gangguan, yaitu: Interaksi Sosial – Komunikasi – Perilaku. Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka beberapa instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme: * Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi verbal * The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an. * The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka * The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan konsentrasi. Diagnosa yang akurat dari Autisme maupun gangguan perkembangan lain yang berhubungan membutuhkan observasi yang menyeluruh terhadap: perilaku anak, kemampuan komunikasi dan kemampuan perkembangan lainnya. Akan sangat sulit mendiagnosa karena adanya berbagai macam gangguan yang terlihat. Observasi dan wawancara dengan orang tua juga sangat penting dalam mendiagnosa. Evaluasi tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu memungkinkan adanya standardisasi dalam mendiagnosa. Tim dapat terdiri dari neurolog, psikolog, pediatrik, paedagog, patologis ucapan/kebahasaan, okupasi terapi, pekerja sosial dan lain sebaginya. sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme

Pengertian Autis

Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang: * interaksi sosial, * komunikasi (bahasa dan bicara), * perilaku-emosi, * pola bermain, * gangguan sensorik dan motorik * perkembangan terlambat atau tidak normal. Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun. Autisme dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Perpasive Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder). Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah (umbrella term) PDD, yaitu: 1. Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas. 2. Asperger’s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata. 3. Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome). 4. Rett’s Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun. 5. Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya. Diagnosa Perpasive Develompmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD – NOS) umumnya digunakan atau dipakai di Amerika Serikat untuk menjelaskan adanya beberapa karakteristik autisme pada seseorang (Howlin, 1998: 79). National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) di Amerika Serikat menyatakan bahwa Autisme dan PDD – NOS adalah gangguan perkembangan yang cenderung memiliki karakteristik serupa dan gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun. Keduanya merupakan gangguan yang bersifat neurologis yang mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, pemahaman bahasa, bermain dan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Ketidakmampuan beradaptasi pada perubahan dan adanya respon-respon yang tidak wajar terhadap pengalaman sensoris seringkali juga dihubungkan pada gejala autisme. sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme

Senin, 15 Maret 2010

Makanan Favorit yang Menyesatkan

* Kerupuk dan Keripik Kerupuk adalah salah satu makanan yang menjadi favorit bagi semua orang.Tapi tidak di sadari ternyata makanan renyah yang satu ini bisa berbahaya bagi kesehatan apabila di konsumsi secara berlebihan.kelebihan lemak yang terdapat di sekujur kerupuk dapat menyebabkan kegemukan.Sementara itu natrium tinggi dapat memicu tekanan darah tinggi.Satu lagi bahaya kerupuk yang wajib kita waspadai adalah sifat karsinogen yang merupakan zat kimia yang dapat meningkatkan risiko berbagai jenis kanker.Untuk mengantisipasinya kita dapat mengganti kerupuk yang biasa dengan kerupuk kemplang dari palembang dan kerupuk mlarat dari cirebon(tanpa warna).Kedua kerupuk tradisional ini mengandung kalori yang rendah karena tidak tersentuh oleh minyak goreng. * Kecap Manis Kecap memiliki kandungan natrium,penyedap rasa(monosodium glutamate),serta zat pengawet makanan yang tinggi.Kombinasi ketiganya sangat berbahaya bagi kesehatan,terutama bagi penderita penyakit darah dan batu ginjal.oleh karenanya,kita di sarankan untuk menggunakan kecap hanya pada waktu memasak saja.kadarnya juga tidak boleh berlebihan. * Saus Tomat dan Saus Sambal Sama seperti kecap,saus juga dapat merusak kesehatan jika di konsumsi terlalu banyak.si”biang gara-gara”masih berkaitan dengan kandungan natrium,bahan pewarna,dan bahan pengawet didalamnya. * Kopi Minum teralu banyak kopi dapat menimbulkan efek samping yang merugikan.Kopi bersifat asam sehingga berpotensi meningkatkan produksi asam lambung.Ketika kadar asam lambung meningkat,kita jadi mual dan ingin muntah.Selain itu kopi juga membuat jantung berdebar kencang.hal ini terutama di alami oleh mereka yang jarang minum kopi.Maka,kopi sangat tidak dianjurkan bagi penderita gangguan jantung. * Minuman Manis Banyak para ahli kesehatan tidak menganjurkan kita untuk mengkonsumsi minuman manis sehabis berolahraga.sebab minuman manis lebih sulit diserap oleh usus.akibatnya perut kita jadi kram.jika keinginan untuk minum minuman manis masih menggebu,pilihlah minuman isotonic karena dapat lebih mudah di serap oleh tubuh dan mengandung elektrolit serupa dengan elektrolit tubuh.

Bahan Alami yang Memberikan Solusi

* Menyembuhkan Insomnia Insomnia atau gangguan pada tidur dapat menyebabkan kesehatan kita terganggu.Untuk menyembuhkannya,makanlah segenggam buah ceri sebelum tidur.Ceri mengandung melatonin yaitu hormone yang menyebabkan kita mengantuk.setelah menyantap Ceri,mandilah menggunakan air panas yang dapat melemaskan otot-otot tubuh.Sehingga tidur akan semakin nyenyak. * Mengurangi Gas di Perut Kelebihan gas di dalam perut dapat menyebabkan nyeri dan mual.Makanlah permen Peppermint,peppermint dapat membunuh bakteri penghasil gas dilambung.sekaligus merelakskan otot-otot organ pencernaan. * Mengatasi mual Mual bisa datang kapan aja,untuk mengatasinya makan saja permen jahe atau siapkan 5-10 gram jahe segar dan bersih.Iris- iris lalu rebus dengan 200 cc air.hingga mendidih.Dinginkan sejenak,lalu minum.Ramuan ini juga efektif untuk menghilangkan rasa mual semasa hamil. * Menyembuhkan Cegukan Cegukan bukan hanya diakibatkan karena kita tersedak makanan,tetapi bisa juga oleh stress,hormone kortisol masuk ke dalam darah.sehingga menyebabkan diagfragma menjadi tegang dan otot di sekitar pita suara berkontraksi.Akibatnya kita jadi cegukan.cara untuk meredakannya adalah dengan menelan 1-2 sendok teh gula pasir.Butiran gula pasir mampu merelakskan saraf yang tegang. * Menyingkirkan Batuk Untuk meredakan batuk makanlah satu atau dua potong Dark chocolate.Coklat mengandung teobromina yang lebih efektif untuk meredakan batuk,di banding obat flu biasa(kimia).Untuk menyembuhkan batuk yang mengganggu pada malam hari minumlah dua sendok teh madu dan vitamin C,beberapa menit sebelum tidur. * Menghilangkan Bau Mulut Bau mulut dapat mengganggu pergaulan dan merusak kepercayaan diri.Untuk mengatasinya berkumurlah dengan secangkir kecil perasan Lemon.Setelah itu,makanlah yogurt tawar yang mengandung bakteri Lactobacillus.lemon dan yogurt sangat efektif untuk menetralisir bau mulut yang relatif cepat. * Menyegarkan Mata Lelah Rendam satu kantung teh celup ke dalam air panas selama beberapa menit,dinginkan sebentar di dalam kulkas,lalu gunakan untuk mengompres mata yang lelah sehingga dapat menyegarkan mata dan menyamarkan kantung mata. * Mengatasi Gatal-gatal Kulit yang kering dapat menyebabkan gatal-gatal dan radang.Untuk mengatasinya masukan segenggam Outmeal ke dalam kaus kaki bersih.Tutup bagian atas kaus kaki yang berlubang dengan selotip.masukan kaus kaki tersebut ke dalam bathtub berisi air hangat.berendamlah selama 15-20 menit di dalamnya. * Mengatasi Luka Bakar Untuk mendinginkan luka bakar ,oleskan gel yang terdapat dari dalam bagian daun lidah buaya ke bagian kulit yang luka.Lidah buaya mengandung Polisakanda dan Alpaktin B yang berkhasiat menyembuhkan luka bakar ringan dan mencegah infeksi. * Melembabkan Bibir Oleskan minyak zaitun ke bibir yang kering 2-3 kali sehari untuk mengatasinya,dalam beberapa hari setelah penggunaan bibir kita akan menjadi lebih lembab dan berkilau sehat.Selain itu penelitian juga membuktikan bahwa minyak zaitun dapat mengurangi risiko kanker kulit akibat terlalu banyak terpapar sinar matahari.

Sentuhan yang Memberi Kesembuhan

Manfaatkan tangan kita untuk memberikan energi positif bagi orang lain,karena satu tindakan saja sudah bisa mengubah hidup.Baik dari kita sendiri maupun orang lain.Setelah melalui berbagai penelitian,para ahli menyimpulkan bahwa otak dapat memahami bahasa tubuh sebaik bahasa lisan.Bahasa yang diungkapkan melalui anggota tubuh juga bisa memberi efek yang sama baiknya dengan kalimat positif.dengan kedua tangan yang kita miliki,kita bisa membantu orang lain menjadi lebih sehat,percaya diri,serta bahagia. • Usapan Lembut di Bahu Artinya adalah Saya Bisa Mengerti Apa yang Anda Rasakan. Banyak orang sering melakukan ini manakala ada sahabat yang sedang bersedih.Usapan lembut di bahu adalah jenis sentuhan yang menyatakan pengertian yang berusaha menenangkan kondisi seseorang.Sentuhan ini dapat membangkitkan energi positif,sehingga seseorang dapat merasa lega dan beban yang dimiliki akan terasa lebih ringan. • Pijatan di Telinga Artinya rilekskan Dirimu dan mari Kita Belajar. Untuk menyadarkan kembali konsentrasi yang menurun kita dapat memberikan pijatan lembut pada telinga kiri dan kanan.Aplikasikan pijatan ini dari bagian daun telinga kiri dan kanan hingga cuping,secara bergantian.Tindakan ini dapat merangsang saraf-saraf halus yang terdapat pada daerah telinga,sehingga otak otak menjadi lebih rileks dan produksi hormon tiroid meningkat.Terapi ini dapat dilakukan ketika kita merasa terbebani oleh setumpuk tugas yang memerlukan konsentrasi penuh. • Usapan di Punggung Artinya Beristirahatlah dan Cepat Sembuh. Dapat dilakukan pada orang yang sedang sakit atau bagi para lansia,karena seiring pertambahan usia mulai sering melupakan ini dan itu.Sentuhan dari kita menyatakan rasa maklum dan penerimaan terhadapnya. • Bersalaman Artinya Senang Bekerjasama dengan Anda Dapat dilakukan sebagai ungkapan kegembiraan dalam menjalin kerjasama yang dapat mendorong terciptanya situasi kerja yang menyenangkan,meski kecil perhatian ini penting untuk menjalin hubungan baik. • Tepukan di Punggung Tangan Artinya Jangan Takut,Saya Mendukung Anda. Banyak orang gelisah terhadap berbagai masalah yang mendera mereka,ketika kita menggenggam dan menepuk-nepuk tangan seseorang.Orang yang di dera masalah akan merasa nyaman dan akan memperoleh pikiran-pikiran positif yang membuat mereka keluar dari masalah tersebut.Cara ini juga dapat meningkatkan perasaan percaya diri karena seseorang merasa dihargai oleh dukungan temannya.

Kamis, 04 Maret 2010

Motivasi Untuk Anak ADHD

Dr Andrew Adesman, kepala pediatri perkembangan dan perilaku di Schneider Children’s Hospital di New York, menyetujui hasil studi tersebut. Ia menyebutkan, harus dilakukan penelitian lanjutan terhadap hubungan antara ADHD dan defisit dopamin di daerah tertentu dari otak pertengahan. Namun ia menyatakan, meskipun ada kemajuan identifikasi penelitian pada otak pasien dengan ADHD, diagnosis klinis ADHD tetap satu, “ADHD tidak dapat didiagnosis dengan neuroimaging,” ujarnya. Volkow mengatakan hasil penelitian mereka juga memperteguh kepercayaan untuk terus menggunakan obat stimulan dalam pengobatan ADHD, karena hal itu akan memperbaiki jalur dopamin dalam meningkatkan motivasi dan meningkatkan perhatian pada tugas-tugas kognitif. “Tapi penelitian ini harusnya juga menggugah semua orang untuk lebih perduli pada ADHD, terutama para guru dengan murid yang ADHD,” ujarnya. Ia menyebutkan, salah satu masalah pada anak dengan ADHD adalah masalah motivasi. Para guru, ujarnya, dapat mencari cara untuk meningkatkan daya tarik dan relevansi sekolah bagi anak-anak ini. “Ini kesempatan besar untuk mengembangkan kurikulum yang jauh lebih menyenangkan dan menarik untuk anak-anak menderita ADHD,” tandasnya. ADHD diperkirakan mempengaruhi tiga hingga tujuh persen dari anak-anak Amerika. Rata-rata, paling tidak satu anak di setiap kelas di Amerika Serikat membutuhkan bantuan untuk gangguan ini. Namun, lebih dari separuh anak-anak ADHD akan terus menampilkan karakteristik dari gangguan selama masa remaja dan dewasa. Sumber : http://matanews.com/2009/10/08/adhd-bersumber-di-otak/

ADHD Bersumber Pada Otak

ADHD (attention deficit/hyperactivity disorder) alias gangguan konsetrasi yang selama ini dituding sebagai salah satu jenis autis, ternyata bersumber dari gangguan neurotransmitter tertentu dalam otak. Namun penelitian terbaru oleh National Institute on Drug Abuse (NIDA) yang dipublikasikan di jurnal American Medical Association, September lalu, belum berani memastikan penyebab gangguan ini, walau telah berhasil memetakan lokasi penyebab ADHD di bagian otak. Penelitian soal ADHD pertama kali dipublikasikan George F. Masih pada 1902 silam. Namun meski telah lebih dari 1 abad, penyebab pasti ADHD belum sepenuhnya dipahami. Hasil penelitian menunjukkan, ada banyak faktor mendasar dalam ADHD diantaranya kurangnya perhatian, impulsif dan hiperaktif. Penyebabnya dikaitkan dengan masalah genetik dan kerentanan neurobiologis. Tapi masalah dasar dianggap dalam gangguan neurotransmitter tertentu dalam otak. Hasil penelitian NIDA menunjukkan bahwa transmisi dopamin, yakni sejenis zat kimia yang diperlukan untuk fungsi normal dari sistem saraf pusat, terganggu dalam beberapa jalur otak pada orang dengan ADHD. Kesimpulan itu diambil Dr. Nora Volkow dan rekan membandingkan 54 foto otak orang dewasa dengan ADHD dan 44 orang dewasa tanpa gangguan. Para peneliti menemukan bahwa otak dari orang-orang dengan ADHD, memiliki konsentrasi dopamin reseptor dan transporter yang berkurang, khususnya di daerah-daerah yang terlibat dengan imbalan dan motivasi, dan gangguan ini berhubungan langsung dengan keparahan kekurangan perhatian. Temuan ini dapat menjelaskan mengapa anak-anak dan orang dewasa dengan ADHD mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas, ketika tidak ada hadiah langsung, namun mampu berkonsentrasi saat kegiatan yang mereka sukai atau yang dapat diselesaikan dengan mudah. Para peneliti mengatakan hal itu mungkin juga menjelaskan mengapa pasien ADHD cenderung komplikasi dengan penyalahgunaan narkoba dan obesitas. “Jalur ini memainkan peran penting dalam penguatan, motivasi, dan dalam mempelajari bagaimana menghubungkan berbagai rangsangan dengan imbalan,” kata Volkow. Sumber : http://matanews.com/2009/10/08/adhd-bersumber-di-otak/

Aktivitas Pada ADHD

Akibat ADHD pada pekerjaan, relasi, dan keluarga Sebagai akibat yang terus menerus dari gelisah, lalai dan masalah konsentrasi pada prestasi di sekolah, pendidikan dan pada pekerjaan, orang dengan ADHD tidak bisa mencapai hasil yang bagus. Mereka bisa lebih tapi tidak bisa merealisasikannya. Mereka sering tidak menyelesaikan pendidikan dan sering berganti pekerjaan. Sebagai akibatnya baik penderita ADHD maupun orang lain tidak puas dengan kenyataan yang ada dan bisa memperkuat kegelisahan batin mereka. Pengemudi kendaraan bermotor dengan ADHD mempunyai risiko 4 kali lebih tinggi untuk mendapat kecelakaan dibandingkan dengan pengemudi kendaraan bermotor tanpa ADHD. Tapi untung masih ada orang dewasa dengan ADHD yang bisa berfungsi lumayan meskipun di bawah taraf kecerdasan mereka. Sekarang kita tahu bahwa ADHD bisa berlangsung terus sampai usia dewasa, anda bisa setidaknya mengenali gejala dan keluhan ADHD pada anak anda atau anda sendiri. Anda bisa berkonsultasi dengan dokter keluarga anda atau menghubungi klinik kesehatan jiwa (GGZ). Saran Ranesi Dokter Pengemudi kendaraan bermotor atau pekerja yang membutuhkan konsentrasi bisa menggunakan obat methylfenidaat supaya ketrampilan mereka tidak berbahaya buat orang lain. ADHD (sampai saat ini) tidak bisa disembuhkan tapi orang dewasa bisa berfungsi cukup baik jika mereka minum obat dengan teratur dan bisa mengendalikan keluhan mereka.

ADHD Pada Dewasa

ADHD pada anak-anak sudah lama kita kenal, tetapi ADHD pada orang dewasa belum lama dikenal. Bagi banyak orang dewasa ADHD bisa mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Penderita ADHD tidak bisa dipahami oleh keluarga sendiri apalagi oleh lingkungan luar. Penderita ADHD dewasa sering merasa dikucilkan dan dihindari oleh pelbagai instansi seperti sekolah, tempat kerja, perkumpulan, pengadilan dan lain-lain. ADHD pada anak-anak sudah lama kita kenal, tetapi ADHD pada orang dewasa belum lama dikenal. Bagi banyak orang dewasa ADHD bisa mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Penderita ADHD tidak bisa dipahami oleh keluarga sendiri apalagi oleh lingkungan luar. Penderita ADHD dewasa sering merasa dikucilkan dan dihindari oleh pelbagai instansi seperti sekolah, tempat kerja, perkumpulan, pengadilan dan lain-lain. ADHD Mempunyai anak dengan ADHD adalah sesuatu yang tidak mudah dalam kehidupan sehari- hari. Anak-anak ini menuntut banyak perhatian baik dari orang tua mereka maupun orang sekelilingnya dan sering susah diatur. Penderita ADHD dewasa biasanya sudah menemukan cara untuk bisa berfungsi dalam kehidupan sehari-hari dengan kelainan mereka. Mereka bisa menekan kegelisahan batin mereka. ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder dan dikenal sebagai masalah jiwa anak. Keluhan pasien ADHD banyak persamaan dengan borderliner tetapi penyakitnya berbeda. Instansi kesehatan jiwa Belum begitu lama diketahui bahwa ADHD bisa berlangsung terus sampai usia dewasa. Sekarang bukan hanya anak-anak tetapi orang dewasa dengan ADHD sudah bisa dikenali, didiagnosa dan diobati di Belanda. Banyak pekerja di instansi kesehatan jiwa dilatih untuk dapat mengenali dan mendiagnosa orang dewasa dengan ADHD. Berdasarkan penyelidikan dan pengalaman di rumah sakit terbukti bahwa pengobatan ADHD pada usia dewasa bisa berhasil dan mereka bisa berfungsi lebih baik dalam kehidupan sehari-hari. Masih banyak penyelidikan dilakukan untuk memperoleh jawaban bagaimana orang bisa membatasi atau menekan akibat ADHD. Ada kemungkinan makanan mempunyai peranan penting. Gejala dan keluhan ADHD * Tidak ada perhatian/lalai: gampang beralih perhatian, bermasalah dengan membagi waktu, sering mengerjakan terlalu banyak dalam waktu yang sama, sering datang terlambat, sering buru-buru dan tidak ada persiapan, sulit mengatur keuangan, tidak menyelesaikan pekerjaan sampai tuntas, sering ragu-ragu, tidak bisa mengambil keputusan, gampang bosan, pikiran tidak konsentrasi pada pembicaraan dan suka lupa. * Terlalu aktif: Hati yang terus gelisah, tidak bisa duduk diam, kalau bicara ramai, tidak bisa berhenti dan bicara terus tanpa alasan, kegugupan, tiap kali berdiri untuk mengambil sesuatu atau mencari alasan untuk bisa jalan. * Impulsif: langsung bertindak jika ada ide baru, sulit menunggu giliran, sering memutuskan pembicaraan orang lain, sering gabung dalam pembicaraan atau mengganggu kegiatan orang lain, menjawab sebelum pertanyaan selesai, sering pindah rumah dan/atau ganti pekerjaan atau relasi, mengucapkan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. * Keluhan lain: berprestasi jelek, sering cari orang yang bisa mengatur kegiatan mereka sehari-hari, suasana hati yang cepat berubah, cepat kecewa, lekas marah, peka terhadap kritik. Sumber : http://www.rnw.nl/id/bahasa-indonesia/article/adhd-pada-orang-dewasa

Penanganan ADHD

MAGNETICresonance imaging (MRI) dengan teknik baru membuka jalan dalam penanganan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Sekitar dua juta anak ADHD tersebar di seluruh Amerika. Gangguan yang menyebabkan tingkat kontrol rendah dalam perilaku dan pemberian perhatian ini mulai tampak saat preschool dan TK. Penelitian The Proceedings of the National Academy of Science menyebutkan, anak dan remaja ADHD mengalami penundaan perkembangan di beberapa bagian otak tiga tahun dari yang seharusnya. Bagian penting otak anak ADHD berkembang lebih lambat dibandingkan anak sebayanya. Bahkan,lebih lambat dari anak yang berusia lebih muda. ”Urutan bagian perkembangan otak pada anak dengan ADHD sama persisnya pada anak sehat.Hanya tertunda dari yang seharusnya untuk beberapa tahun,” ujar peneliti dari National Institutes of Health’s National Institute of Mental Health Dr Philip Shaw. Shaw menunjukkan perkembangan yang terlambat pada beberapa bagian otak yang sangat penting untuk pengontrolan pemikiran, perhatian, dan perencanaan, juga mengingat setiap gerakan, serta mengontrol gerakan. Dalam penelitian itu, Shaw ingin mengungkapkan telah terjadi perbedaan perkembangan yang terhambat pada anak ADHD. ”Ini semacam keterlambatan,” tegasnya. Penemuan ini berdasarkan gambaran yang menggunakan 223 anak dan remaja dengan ADHD dan 223 yang tidak mempunyai gangguan. Peneliti menggunakan MRI,scan untuk melihat struktur di dalam otak dalam berbagai usia, mengukur ketebalan perkembangan korteks (lapisan luar otak), suatu daerah sebagai pusat perhatian dan pengontrol gerakan. Sementara itu, proses penggambaran penelitian berdasarkan pada empat bagian samping otak besar. Shaw dan koleganya menggunakan teknik baru yang memungkinkan untuk mengukur ketebalan dari jaringan otak pada 40.000 daerah berbeda di korteks. Mereka memfokuskan pada kelompok usia tertentu, yaitu ketebalan otak selama masa kanak-kanak, yang mulai menipis setelah puber. Setelah tidak berfungsi sebagai peng- hubung akan dipotong. Peneliti menemukan pada anak ADHD,korteks akan mencapai puncak ketebalan dalam rata-rata usia 10,5 tahun. Jika dibandingkan, setara dengan rata-rata usia 7,5 pada anak normal. ”Keterlambatan ini akan dibawa sampai dewasa,” ungkap Shaw seraya menambahkan bahwa penelitian itu juga menunjukkan pola normal dari kematangan korteks, walaupun terlambat pada anak ADHD. Selain itu, penelitian itu memberikan penjelasan kepada keluarga serta membantu mengungkapkan mengapa anak lain tidak mengalami kelainan yang sama. Dengan demikian orangtua diharapkan dapat mengetahui secara lebih dini mengenai masalah ADHD yang dihadapi oleh anak-anak mereka. ”Saya ingin mengatakan dalam penelitian ini tidak hanya duduk dan menunggu sampai tiga tahun dan anak akan baik kembali. ADHD merupakan masalah nyata pada anak-anak, keluarga, serta sekolah––tempat belajar dan membutuhkan perawatan,” tuturnya. Sementara itu, peneliti dari NIMH Child Psychiatry Branch Dr Judith Rapoport mengatakan, penelitian yang dilakukan tidak sekadar membedakan anak kecil yang bermasalah. ”Peneliti bekerja untuk menentukan perbedaan bagian otak tersebut dan menjelaskan perbedaan yang terjadi,” tutur Rapoport. Sementara itu, Chief of Child Psychiatry dari Rush University Medical Center di Chicago, Dr Louis J Kraus, mengungkapkan pentingnya memahami penelitian itu untuk mengetahui anatomi otak anak ADHD. ”Kami belum mengetahui secara jelas arti penelitian ini. Namun, penelitian itu menyebutkan perubahan beberapa jenis perawatan dari perbedaan struktur otak,” papar Kraus, yang tidak ikut dalam penelitian ini. Perawatan yang diberikan meliputi obat ritalin atau methylphenidate, obat yang mampu menstimulasi dan bertujuan untuk mengurangi impulsif, hiperaktif, dan penambahan perhatian. Obat ini juga termasuk untuk membantu mengubah dan mengatur perilaku anak dan keluarga. Kraus menambahkan, sebaiknya orangtua tidak membiarkan dan langsung menggunakan beberapa tipe MRI untuk mengetahui keadaan otak anak ADHD sebenarnya. Sebab, gambaran otak tidak selalu dapat mendiagnosis ADHD. ”Walaupun demikian, keterlambatan perkembangan otak sebagai suatu pertanda dan dapat mendeteksi gangguan yang terjadi ketika anak semakin besar,” ujarnya. Sumber : http://cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=82&Itemid=38

Definisi ADHD

Defenisi ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan Epidemiologi Angka kejadian DHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga lebih dari 5 %. Dimana dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Di amerika penelitian menunjukan kejadian ADHD mencapai hingga 7 % Patogenesis Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi disfungsi metabolism, hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga. Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD. Terori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri. Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD. * Kurangnya Deteksi dini * Gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracuanan obat dan alkohol, rokok dan stress psikogenik) * Gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan) Sumber : http://www.klikdokter.com/illness/detail/47

Gejala Klinis Anak ADHD

Gejala yang timbul dapat bervariASI mulai dari yang ringan hingga yang berat, gejala ADHD sudah dapat dilihat sejak usia bayi, gejala yang harus dicermati adalah sensitive terhadap suara dan cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur. Waktu tidur yang kurang sehingga bayi seringkali terbangun. Sulit makan ASI dan minum ASI. Tidak senang digendong, suka membenturkan kepala dan sering marah berlebihan. Keluhan yang terlihat pada anak yang lebih besar adalah, tampak canggung, sering mengalami kecelakaan, perilaku berubah-ubah, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak-anak lainnya, kurang konsentrASI, tidak bisa diam, mudah marah, nafsu makan buruk, koordinASI mata dan tangan tidak baik, suka menyakiti diri sendiri dan gangguan tidur. Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada perilaku seorang anak yaitu: * Inatensi Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian * Hiperaktif Perilaku yang tidak bisa diam * Impulsive Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar) Tatalaksana Terapi yang diberikan untuk tatalaksana pASIen ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari EdukASI dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obat-obatan farmASI. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah * Terapi Obat-obatan Terapi penunjang terhadap impuls-impuls hiperaktif dan tidak terkendelai, biasanya digunakan antidepresan seperti Ritalin, Dexedrine, desoxyn, adderal, cylert,buspar, clonidine * Terapi nutrisi dan diet Keseimbangan diet karbohidrat protrein * Terapi biomedis Suplemen nutrisi, defisiensi mineral, dan gangguan asam amino * Terapi perilaku Sumber : http://www.klikdokter.com/illness/detail/47

Melatih Konsentrasi Anak ADHD

Jakarta, Penderita attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) biasanya sangat sulit untuk berkonsentrasi serta sangat hiperaktif. Penyebabnya adalah karena pengaruh dari zat kimia dopamin yang memegang peranan penting dalam pengaturan mood atau perasaan seseorang. Kekurangan zat kimia dopamine dalam otak ini yang bisa menjelaskan gejala klinis dari ADHD termasuk kurang bisa konsentrasi serta kurangnya motivasi dalam dirinya, serta bisa mengakibatkan obesitas. "Hal ini menunjukkan bahwa ADHD bukan hanya ketidaknormalan dalam sistem perhatian atau konsentrasi di otak tapi juga ketidaknormalan dalam pusat motivasi dan emosi," ujar Prof. Katya Rubia, dari London's Institute of Psychiatry, seperti dikutip dari BBC, Senin (14/9/2009). Untuk itu, agar bisa membantu penderita ADHD dalam proses belajar mengajar harus dipastikan bahwa segala macam tugas sekolah agar dibuat menarik dan menyenangkan, sehingga penderita ADHD akan termotivasi untuk melakukannya. Diharapkan dengan metode ini bisa menjadi cara baru dalam melawan kondisi tersebut. Buatlah kondisi belajar yang mengasyikan bagi penderita ADHD, karena dengan kondisi tersebut bisa menstimulasi penderita ADHD dalam melatih konsentrasinya dan memusatkan perhatiannya. Cara ini ditemukan setelah melakukan penelitian dengan menggunakan positron emission tomography (PET), dengan mengukur kadar dari dua protein yaitu dopamine receptors dan dopamine transporters yang pada penderita ADHD kadarnya rendah di dua daerah dalam otak yaitu di inti accumbens dan bagian otak tengah. Kedua bagian tersebut yang bertanggungjawab terhadap emosi dan penerimaan rangsangan seperti motivasi dan pengajaran. Pasien dengan ADHD bisa ditangani dengan pengobatan stimulan untuk meningkatkan kadar dopamine dalam otaknya. Stimulan ini bisa berupa menciptakan kondisi yang menyenangkan dan melakukan hal-hal yang menarik perhatiannya, sehingga penderita akan tertarik untuk bergabung dan membantu menstimulasi bagian otak yang memiliki kadar dopamine rendah. Sumber : http://health.detik.com/read/2009/09/14/101306/1202911/763/agar-penderita-adhd-gampang-konsentrasi

Dua Hal Penyebab ADHD

Meski biofeedback dikenal sejak 25 tahun silam, penerapannya pada anak hiperaktif relatif baru. Dasarnya, anak ADHD menghasilkan gelombang teta berlebihan tapi tidak cukup menghasilkan gelombang beta. Gelombang teta berkaitan dengan melamun atau mimpi di tengah hari, sementara gelombang beta berhubungan dengan konsentrasi. Biofeedback membuat anak mengurangi produksi gelombang teta dan menghasilkan banyak gelombang beta, sehingga kemampuan fokus dan konsentrasinya meningkat. Menurut penelitian Steven W. Lee dari Universitas Kansas, biofeedback dapat mengurangi gejala yang berhubungan dengan hiperaktivitas. Lewat layar video yang menampilkan beragam tantangan, seperti video game, biofeedback menarik bagi anak. Ada warna terang, musik yang memberi umpan balik langsung. Ada pula hadiah yang akan diberikan jika anak bisa menyelesaikannya dengan baik. Pada salah satu versi terapi, selama anak memproduksi gelombang beta, warna terang bertambah pada roda disertai dengan musik yang meningkat nadanya. Versi lainnya, pada layar video anak harus mempertahankan kapal terbang agar tidak melewati garis-garis tertentu (ketika memproduksi gelombang beta), agar lampu merah tetap tidak menyala. Untuk terapi ini, umumnya anak akan menjalani 30 - 50 pertemuan, per satu atau dua minggu sekali. Setiap pertemuan berlangsung satu jam. Obat dibuat khusus Homeopati lain lagi cara kerjanya. Terapi yang berkembang sejak abad ke-18 ini merupakan sistem pengobatan untuk menyeimbangkan fisik, mental, juga emosi. Praktisi homeopati memberikan obat khusus untuk masing-masing orang dengan gejala berbeda-beda. Obatnya berupa campuran bahan dari hewan, tumbuhan, dan mineral berbentuk larutan pekat. Jadi, satu obat tidak sama untuk setiap orang, walaupun diagnosisnya sama. Karena diracik khusus untuk tiap pasien, menurut dokter naturopati Judyth Reichenberg-Ullman, ND, MSW, dan Robert Ullman, ND, obat untuk gejala ADD/ADHD juga dapat menyembuhkan gejala lain, seperti infeksi telinga dan sakit kepala. Pulihkan energi yang "dicuri" Pengobatan tradisional Cina merupakan yang tertua di dunia dan masih bertahan sampai sekarang. Prinsipnya berdasarkan harmonisasi tubuh dengan alam dan aliran dari energi vital (qi/chi) ke seluruh tubuh. Ada dua hal penyebab ADD, yaitu faktor genetik dan gangguan fungsi hati. Bila diakibatkan gangguan fungsi hati, organ hatinya secara fisik baik, hanya hubungan "energi"-nya dengan organ tubuh lain yang tidak seimbang. Karena energi organ hati sangat kuat, ia "mencuri" tambahan energi dari paru-paru dan ginjal. Kedua organ itu menjadi terlalu lemah untuk membuat kerja hati tetap terkontrol. Gaya hidup masa kini dengan kadar stres tinggi membuat ADHD sulit dikontrol. Diet anak perlu diperhatikan, khususnya dari titik pusat energi. Beberapa makanan dapat membawa energi yang memicu kerja hati sehingga menjauhi keseimbangan. Hindari makanan junkfood, bukan semata-mata alasan kesehatan, tetapi karena makanan itu meningkatkan "panas" dalam organ hati. Goreng-gorengan, bumbu, dan makanan panggang juga memberikan efek serupa. Karena itu, anak harus banyak makan sayuran hijau, karena dapat membantu mendinginkan/menurunkan "panas" dalam hati. Juga minum sari buah (jus) semangka dan, sebisa mungkin, hindari makan daging. Menghindari situasi/kejadian yang merangsang anak, juga akan membantu. Medan listrik yang dibangkitkan dari permainan di komputer, tidak baik bagi anak ADHD. Ajaklah anak beraktivitas menenangkan, seperti berenang, tai chi, yoga, dan meditasi. Akupunktur, akupresur, dan jamu-jamuan bisa memberi efek melegakan. Jika anak diberi obat, perhatikan bagian perut (lambung). Banyak anak ADHD kehilangan nafsu makan atau berat badan meningkat di kemudian hari, akibat fungsi energi lambung tidak seimbang. Sumber: http://k34437h.multiply.com/journal/item/980/ALTERNATIF_UNTUK_ANAK_HIPERAKTIF

Hiperaktif

Bagai ember yang bocor, perhatian dan kasih sayang untuk anak dengan ADHD harus terus-menerus diberikan. Wawan (4) tidak pernah bisa duduk diam di sanggar. Setiap kali, ia hanya betah duduk selama 5 menit, kemudian beralih ke kegiatan lain, misalnya mencoret-coret dinding dengan krayon. Sejenak asyik, ia pun pindah ke tempat mainan. Tak lebih dari 10 menit, ia pasti sudah pindah ke aktivitas lain lagi. Setiap kali pembimbing berusaha menenangkan dia, misal dengan memeluknya, ia selalu memberontak. Gangguan pemusatan perhatian disertai gejala hiperaktivitas motorik yang dikenal sebagai Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD) ini menjangkiti 3% - 5% anak berusia 4 - 14 tahun. Gejalanya, anak tidak mampu memusatkan perhatian (konsentrasi) pada satu tugas tertentu. Selalu gelisah dan tidak bisa duduk dengan tenang. Penyebabnya, menurut para ahli, adanya kerusakan kecil pada sistem saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Anak hiperaktif bergerak ke sana kemari tak terarah, tak sesuai dengan situasi yang dihadapi. Mereka pun kerap gagal menyelesaikan tugas. Beberapa faktor diduga dapat menyebabkan gangguan ini. Antara lain, temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, epilepsi. Juga kondisi gangguan di kepala, seperti gegar otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau kepala pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan. Gangguan ini tak kentara karena anak tidak mengeluh sakit, walau sebetulnya telah terjadi gangguan pada susunan saraf pusat. Jangan buru-buru memvonis Sayangnya, orang tua sering salah menduga, anaknya umur dua tahun yang memang lagi senang-senangnya bergerak dan sulit duduk diam, divonisnya "hiperaktif". Padahal ciri-ciri hiperaktif baru terdeteksi setelah anak setidaknya berusia empat tahun atau usia awal sekolah. Apa yang dilakukan tidak satu pun diselesaikan. Anak cepat sekali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Kadang perkembangan motorik dan bahasanya juga terlambat. Ia mudah terangsang, perhatiannya gampang teralihkan, tak tahan frustrasi, dan kurang dapat mengontrol diri. Yang terakhir ini lantaran mudahnya ia terangsang, di samping memang impulsif. Tuntutannya harus segera dipenuhi. Suasana hatinya amat labil. Beberapa menit terlihat gembira, mendadak marah-marah dan ngambek. Ciri lainnya, ia tak mampu mengontrol gerakan. Duduk tak tenang, bergoyang-goyang, atau merosot hingga terjatuh dari tempat duduk. Sepertinya ia tak kenal lelah, seakan energinya digerakkan oleh mesin. Kalau anak lain diam karena capek sehabis berlarian, ia paling cuma minum lalu bergerak lagi. Mulutnya tak pernah diam, terus saja berkicau. Ia tak sabar menunggu giliran, sehingga senang menyerobot, dan bicaranya terburu-buru. Daya konsentrasinya rendah dan seolah-olah tak mau mendengarkan perkataan orang tua. Malahan matanya seperti tak memperhatikan lawan bicaranya. Kalaupun ciri-ciri di atas ada pada anak, sebaiknya jangan dulu buru-buru memvonis dia hiperaktif. Amati perkembangannya dan bandingkan dengan anak sebayanya. Andaikata sampai enam bulan ia masih menunjukkan tanda-tanda itu, baru berkonsultasi dengan psikolog anak. Jangan didiamkan karena bisa berlanjut hingga dewasa. Bisa-bisa nantinya ia menemukan masalah dalam pekerjaan, gara-gara cepat bosan, jenuh, pencemas, tidak pernah menyelesaikan tugas, dan antisosial. Sumber :http://k34437h.multiply.com/journal/item/980/ALTERNATIF_UNTUK_ANAK_HIPERAKTIF

Menangani Anak ADHD

Untuk anak-anak dengan attention deficit disorder (ADD ADHD) dikuasai oleh dorongan mereka, memanggil-manggil di kelas atau mendorong ke depan barisan muncul secara alami. These kids live in the moment, undeterred by rules or consequences. Anak-anak ini hidup di saat ini, tidak terpengaruh oleh aturan atau konsekuensi. Even when they are rude or unruly, they may not recognize that their school behavior is disturbing to others. Bahkan ketika mereka kasar atau susah diatur, mereka mungkin tidak menyadari bahwa mereka perilaku sekolah mengganggu orang lain. Lack of impulse control may be the most difficult ADD symptom to change. Medication can help, but kids also need clear expectations, positive incentives, and predictable consequences if they are to learn to regulate their behavior. Kurangnya kontrol impuls mungkin merupakan gejala ADD paling sulit untuk berubah. Obat bisa membantu, tetapi anak-anak juga perlu harapan yang jelas, insentif yang positif, dan dapat diramalkan konsekuensi jika mereka ingin belajar untuk mengatur perilaku mereka. Solutions Solusi In the Classroom Dalam Kelas * Lead your students in compiling a list of class rules. Include some that are difficult for children with ADHD, such as "Always raise your hand to ask for help." Membimbing siswa dalam menyusun daftar peraturan-peraturan kelas. Termasuk beberapa yang sulit untuk anak-anak dengan ADHD, seperti "Selalu mengangkat tangan untuk meminta bantuan." Be sure to define each rule: What does it mean to "Use materials appropriately"? Pastikan untuk mendefinisikan setiap aturan: Apa artinya "Gunakan bahan-bahan dengan tepat"? * Discuss the consequences of breaking a rule. Many teachers find that student behavior improves when rule-breaking results in the loss of something a child values. Diskusikan konsekuensi melanggar aturan. Banyak guru menemukan bahwa meningkatkan perilaku siswa ketika pelanggaran peraturan mengakibatkan hilangnya sesuatu nilai-nilai anak. One such approach is the Stoplight System . Salah satu pendekatan adalah Sistem lampu merah. Students earn rewards for good behavior, but lose them for infractions. Siswa mendapatkan imbalan untuk perilaku yang baik, tetapi kehilangan mereka untuk pelanggaran. In general, discipline should be immediate. Secara umum, disiplin harus segera. If one student pushes another on the playground, for example, have him sit out part of recess. Jika salah satu mendorong siswa lain di tempat bermain, misalnya, telah dia duduk di luar bagian dari istirahat. A delayed consequence - such as after-school detention - doesn't work for kids who have trouble anticipating outcomes. Sebuah tertunda akibat - seperti setelah penahanan sekolah - tidak bekerja untuk anak-anak yang mengalami kesulitan mengantisipasi hasil. * Provide visual reminders to keep kids on track. To spare a child the embarrassment of frequent reprimands, agree upon a secret gesture you'll use to signal her to stay in her seat or to stop calling out. Memberikan pengingat visual untuk anak-anak tetap di jalur. Untuk cadangan anak yang malu sering menegur, menyepakati gerakan rahasia yang akan Anda gunakan untuk memberi sinyal untuk tinggal di tempat duduknya atau berhenti memanggil-manggil. Some children benefit from a reminder taped to the desk. Beberapa anak manfaat dari pengingat ditempelkan di meja. That, too, can be private; no one else has to know that "NI" stands for "No Interrupting." Itu juga, bisa swasta; tidak ada orang lain harus tahu bahwa "NI" singkatan dari "Tidak Menyela." * Encourage appropriate behavior with recognition and rewards. This is especially important for ADDers, who get a lot of negative attention for misconduct. Mendorong perilaku sesuai dengan pengakuan dan penghargaan. Hal ini sangat penting untuk penambah, yang mendapat banyak perhatian negatif bagi penyelewengan. Acknowledge good behavior with specific praise, such as: "Edward, I appreciate how quickly and quietly you cleared your desk ." Mengakui perilaku yang baik dengan pujian yang spesifik, seperti: "Edward, aku menghargai betapa cepat dan diam-diam Anda membersihkan meja Anda." Some older children are embarrassed by compliments - so give a thumbs-up or a pat on the back instead. Beberapa anak yang lebih tua malu dengan pujian - sehingga memberikan acungan jempol atau tepukan di punggung saja. * Menulis jadwal hari di papan tulis, dan menghapus item ketika mereka selesai. Hal ini memberi anak-anak dengan ADHD perasaan yang mengendalikan hari mereka. Provide advance notice of any changes to the usual routine. Memberitahukan tentang perubahan apapun pada rutin biasa. * Issue frequent alerts as the end of an activity draws near. Give the class a five-minute warning, and then a two-minute warning, to ease the transition from one activity to the next. Sering masalah tanda sebagai akhir dari suatu kegiatan semakin dekat. Berikan kelas lima menit peringatan, dan kemudian dua menit peringatan, untuk memudahkan transisi dari satu aktivitas ke aktivitas berikutnya. Devise a plan for students for whom change is especially difficult. Merancang suatu rencana bagi siswa untuk perubahan yang sangat sulit. Assign them to a special task, like collecting classmates' papers, to help them maintain self-control. Tetapkan mereka untuk suatu tugas khusus, seperti mengumpulkan teman-teman sekelas 'kertas, untuk membantu mereka mempertahankan kendali diri. * Use a daily report card. This tool allows a child's teacher and parents to monitor academic and behavioral goals - and gives the child a chance to earn rewards. Gunakan kartu laporan harian. Alat ini memungkinkan anak guru dan orang tua untuk memonitor perilaku akademik dan tujuan - dan memberikan anak kesempatan untuk memperoleh imbalan. Each day, the teacher records whether the goals were met, and the child takes the report card home to show his parents. Setiap hari, catatan guru, apakah tujuan mereka terpenuhi, dan anak mengambil rapor rumah untuk menunjukkan orang tuanya. Sumber : http://www.additudemag.com/adhd/article/1037.html