Selasa, 27 April 2010
Kasus Anak yang Memiliki Keterbatasan Intelektual
BEGITU mendengar keterangan soal anaknya Chahyo Estiadi Budi Syahputro dari tetangga yang mengunjunginya, napas Ibu Esti seakan tertahan. Radang usus yang sudah tak dipikirkannya lagi membuatnya mengerang perih. Tak terasa sudah hampir 2 bulan ia terbaring di rumah sakit. Namun ia tidak bisa berbuat banyak untuk anaknya.
"Chahyo hampir setiap hari jatuh dari tempat tidur sejak ibu dirawat," kata tetangga itu sebagaimana dikenang Esti.
Esti, ibu Chahyo, dirawat selama 2 bulan di rumah sakit karena radang usus. Sepanjang waktu itu, Chahyo yang dijaga oleh pengasuh hampir setiap hari jatuh dari tempat tidur. Umur Chahyo, yang lahir di Jakarta 17 November 1987, saat itu berumur 1,5 tahun.
Koma 3 Hari
"Saya tidak melihat ada perubahan dalam diri Chahyo sejak dari terakhir ia jatuh. Namun 6 bulan kemudian mulai kelihatan sebenarnya apa yang terjadi pada anak saya," tutur Esti yang tinggal di Kecamatan Keramat Jati ini.
Esti mengenang, pada 23 Desember, saat mentari beranjak mendekati titik puncak, tiba-tiba Chahyo kejang-kejang di dalam bus. Saat itu mereka dalam perjalanan ke Gelael untuk belanja setelah Esti mendapatkan voucher.
Seketika itu juga anak malang tersebut di antar ke Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia, Jakarta Timur. Chahyo langsung koma selama 3 hari. Selama perawatan 2 bulan Chahyo sempat diambil cairan sumsum tulang belakangnya untuk diperiksa. Menurut dokter, Chahyo mengalami radang otak yang diakibatkan benturan kepala Chahyo ke lantai, saat jatuh dari tempat tidur. Dan itu terjadi hampir setiap hari selama 2 bulan.
Lepas dari masa kritis, perkembangan Chahyo mulai terlihat berbeda dengan anak-anak seusianya. Chahyo mengalami kelumpuhan sementara, sehingga baru pada umur 2,5 tahun ia bisa berjalan. Sebelumnya, ia selalu menyeret kakinya jika berjalan. Selain itu, Chahyo juga cadel ketika berbicara dan sulit menangkap jika diajak berkomunikasi.
Sekalipun demikian Chahyo yang dikenal periang dan ramah ini tetap menapaki jalur akademis. 2 tahun dihabiskannya di TK Respatih Keramat Jati. Lalu ia melanjutkan ke SD 010 di Batu Ampar, tetapi hanya sampai kelas 2 SD. Maklumlah Intelligence Quotient-nya (IQ) hanya 70. "Anak saya tidak bisa mengikuti pelajaran. Oleh karena itu saya pindahkan dia ke SLB (Sekolah Luar Biasa) Budi Daya Cijantung," kata Esti.
Menurut psikolog, IQ di bawah 70 membuat seseorang lamban dalam berpikir dan belajar serta mengalami kesulitan dalam berbicara. Kepada mereka ini tidak lagi dikatakan mental retardation (cacat mental) karena dinilai akan semakin merendahkannya, tetapi mereka memiliki keterbatasan intelektual atau intellectual disabilities.
Raih Emas
Di SLB, Chahyo seakan menemukan habitatnya yang kondusif. Di antara teman-teman SLB, Chahyo menjadi idola terutama di kalangan kaum hawa. "Iya benar…saya menjadi idola dan banyak ceweknya," kata Chahyo membenarkan sambil tersipu malu.
"Sampai-sampai ada beberapa cewek yang mengidolakan Chahyo mentransfer pulsa untuknya," kata Esti bangga.
Kharisma yang terpancar dari Chahyo itu semakin nyata ketika dia menunjukkan kemampuannya dalam bidang olah raga, khususnya tenis meja. Catatan prestasi Chahyo dalam bidang ini terus terukir, di antaranya juara I tenis meja perseorangan pada Pekan Olah Raga Tunagrahita Nasional tahun 2006 dan juara III dalam Pekan Olah Raga Tunagrahita Daerah DKI setahun kemudian.
Chahyo yang mulai direkrut Special Olympics Indonesia (SOIna) sejak kelas 5 SD dinyatakan lulus seleksi oleh untuk mengikuti lomba snowshoeing (lari di atas salju) dalam rangka olimpiade musim dingin tunagrahita internasional 2009 di Idaho Amerika Serikat yang berlangsung pada 7-13 Februari 2009. Olimpiade yang mempertandingkan 7 cabang ini diikuti kira-kira 2.500 atlet tunagrahita dari lebih 100 negara. SOIna sendiri mengirimkan 3 altet yang satu di antaranya adalah Chahyo.
Pada pertandingan tersebut Chahyo mendapatkan emas untuk nomor 100 m dan perunggu nomor 200 m. Sedangkan 2 atlet yang lain: Abdul Hadi (24) yang mendapat emas pada nomor 400 m dan Johannes Nugorho Kurniawan (36) yang mendapat perunggu untuk nomor 50 m dan ribbon untuk nomor 25 m.
Punya Pacar
Dalam kehidupan sehari-hari, penyandang tunagrahita kerap dipandang sebelah mata. Dari fisik saja mungkin tidak banyak yang tertarik, apalagi mau mengenal lebih jauh. Selain itu, dari penyandang tunagrahita sendiri mungkin masih dikungkung oleh harga diri rendah.
"Ini tidak terjadi pada Chahyo. Dia itu orangnya mau maju dan mau berguna bagi banyak orang sekalipun memiliki keterbatasan," tutur Esti.
Setelah lulus dari SMA di SLB Budi Daya, Chahyo kursus otomotif selama 3 bulan. Setelah itu, Chahyo bekerja selama sebulan sebagai waitress di Taman Hek Restoran Kramat Jati. Bulan berikutnya, ia bekerja di pabrik tissue Condet sebagai pengepak selama sebulan. Yang menarik, Chahyo saat ini tercatat sebagai mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Politeknik jurusan Mesin semester 1.
"Sejuah ini saya, alhamdullilah, dapat mengikuti kuliah. Saya mulai tertarik dengan mesin setelah melihat kakak saya Fidi yang membuka bengkel motor di rumah," kata Chahyo.
Chahyo bisa meraih pencapaian sejauh ini berkat dukungan dari penuh keluarganya: kedua orangtua dan 4 saudaranya. "Dia sangat istimewa dalam keluarga. Kami lindungi dan terus memberi semangat padanya," kata Esti.
"Kami, saudara-saudaranya, sering bercanda dengan dia. Kami pun siap membantu dan mendengar segala ungkapan hatinya, entah itu soal aktivitasnya, pengaduannya ketika diomongin orang lain di belakang sampai soal ketertarikannya pada cewek," tutur Fidi.
Chahyo yang mengaku telah punya pacar kelas 2 SMA di sekolah biasa ini bertekat untuk terus berlatih dan berlatih. Harapannya prestasi demi prestasi dapat terus diukirnya pada waktu-waktu mendatang. "Selain itu, saya sebenarnya bercita-cita mau menjadi polisi," harap Chahyo.
Ada banyak orang yang memiliki keterbatasan, tetapi ternyata hanya sedikit saja yang secara positif mengasah dan mengembangkan potensi yang ada dalam keterbatasannya itu. Chahyo adalah salah satu dari sedikit orang tersebut.
Sumber:
http://nasional.kompas.com/read/2009/02/18/22095874/penyandang.tuna.grahita.itu.raih.emas.di.amerika
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar