Rabu, 21 April 2010

Kasus Disleksia(2)

Deskripsi: Aku tidak pernah ikut menyanyi. Aku tidak bisa mengingat kata-katanya, dan aku tidak bisa mengucapkan kata-kata itu dengan cepat. Kadang-kadang aku hanya menggerak-gerakkan mulut. Aku akan pura-pura atau menyanyi sedikit kalau aku ingat. Kalau aku berbuat salah, tidak akan ada yang tahu … Bagiku, huruf-huruf itu sama sekali tidak masuk akal. Mengenali huruf-huruf itu saja aku tidak bisa. Semuanya hanya kelihatan seperti garis lekuk-lekuk yang tidak ada artinya.” -David, 7 tahun. Akulah ibunya. Akan kulakukan semuanya untuk membantu David. Seandainya aku bisa “mengerti” dyslexia (disleksia), mungkin aku bisa menyingkirkannya dari David. Saat David sakit selagi masih bayi, biasanya aku menciumnya, berharap penyakitnya akan pindah ke tubuhku yang lebih kuat. Bagi orang lain, susah sekali memahami apa yang dikatakan David. Kurasa, kesulitan itu membuatnya frustrasi. Disleksia memengaruhi bagaimana perasaan David tentang dirinya sendiri, bagaimana interaksinya dengan orang lain, bagaimana dia mengelola amarahnya, dan bagaimana dia menentukan minatnya. Aku tahu, banyak tokoh yang dulunya menyandang disleksia kini termasyhur: - Albert Einstein, - Muhammad Ali, - Keanu Reeves, - Tom Cruise, - Robin Williams, - Whoopi Goldberg. Dan aku akan membantu David menjadi besar seperti mereka. *** “Bacaan yang memukau dan informatif…bagi orangtua dan guru yang ingin mengubah stigma anak dengan label menyandang kesulitan membaca.” -Jane M. Healy, Ph.D., penulis buku Your Child’s Growing Mind: A Guide to Brain Development and Learning from Birth to Adolescence. “Living with Dyslexia sangat memilukan namun membangkitkan semangat. Ibu dan putra berhasil menulis sebuah kisah yang tajam dan menggugah tentang bagaimana disleksia memengaruhi keluarga.” -Barbara Corcoran, penulis buku Use What You’ve Got & Other Business Lessons I Learned from My Mom, ketua The Corcoran Group Sumber: http://inibukuanak.wordpress.com/category/dyslexia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar