Rabu, 21 April 2010

Kasus Disleksia(1)

Category Archive You are currently browsing the category archive for the 'dyslexia' category. Apakah murid saya disleksik? Februari 26, 2008 in buku anak, dyslexia | Tinggalkan komentar gemd_02_img0088.jpg Saya guru kelas empat dengan seorang anak yang berusaha keras sekali. Dia dan ibunya berusaha membaca 10 kata setiap minggu. Dia bisa mendapatkan 8 dari 10 secara baik. Dia biasanya mendapatkan huruf tepat untuk kata tertentu, tapi tidak dalam urutan benar (misalnya, “pohon” menjadi “ponoh”). Dia telah diuji dan hasilnya menunjukkan ketidakmampuan belajar. Fasilitator ujian itu merasa bahwa anak ini hanya menebak untuk itu ia menghentikan ujian itu. Ia membaca seperti anak kelas 1, bisa matematika tapi harus bertarung untuk membaca. Dia juga mendapatkan kesulitan dengan pengalian (angka). Saya ingin membantunya, dan begitu pula keluarganya. Apakah ia disleksik? JAWAB: kesulitannya dengan pengucapan “berloncat”, masalah kata-kata dan kemampuan mengurut dalam perkalian adalah indikator kuat anak itu disleksik. Sebaiknya hubungi psikolog profesional untuk memastikan. (John Bradford) Megan (USA) Saya didiagnosis disleksik di kelas 1 setelah mendapatkan 180 dalam tes IQ dan tidak dapat membaca. Saya akhirnya harus menghabiskan waktu di sekolah untuk kelas khusus belajar. Saya dinyatakan spesial tapi pada umur 9 setiap anak ingin menjadi orang bisa dan tak ingin menjadi spesial, saya membenci kata itu hari ini. Saya adalah anak yang tak pernah mengikuti pentunjuk bukan karena saya tak mendengarkan tapi karena saya tidak mengerti apa yang ditanyakan. Bertahun-tahun saya belajar untuk mengikat sepatu dan ibu saya selalu meletakkan sepatu kiri saya sehingga saya bisa mengerti mana sepatu kiri dari kanan. Saya ke kamar mandi setiap hari saat harus membaca keras di kelas, saya mengambil ujian lisan dan harus meminta orang lain membacakan soal ujian. Saya bisa matematika tapi tak bisa mendapatkan kata-kata yang tepat untuk menyelamatkan diri saya. Hari ini usia saya 26 dan tetap membaca seperti kelas 5. Saya kuliah karena mendapatkan beasiswa sepakbola. Jika saya mendapatkan nilai A adalah mata kuliah Logic, apa lagi? Saya belajar dengan gaya saya dan bisa lulus kuliah satu semester lebih awal dari yang lain. Saya tak dapat melanjutkan ke S2 karena tidak dapat meyakinkan guru bahwa saya perlu pembaca untuk membantu ujian saya. Guru itu dipecat dan saya lulus dengan cepat. Ibu saya berpikir bahwa saya akan menjadi guru hebat karena saya telah mengalahkan sistem yang ada, tapi jujur saya pikir bahwa lebih baik menjadi guru yang bisa membaca dan berbicara dengan baik. Sekarang saya adalah pekerja sosial, dan senang menolong orang seperti yang telah dilakukan guru-guru saya dulu. Hidup saya lebih mudah daripada sekolah. Saya dapat mengubah huruf, dan ucapan saya tetap payah. Namun saya belajar mengikat tali sepatu, dan tak perlu mana sepatu kiri mana kanan. Saya tak peduli membaca keras-keras selama tak ada orang yang mendengarkan. Sumber:http://inibukuanak.wordpress.com/category/dyslexia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar