Selasa, 27 April 2010

Kasus Learning Disorder

Si Upik sudah duduk di kelas 3 SD, tetapi kenapa, ya, dibandingkan teman-teman sekelasnya, dia belum lancar membaca? Bahkan untuk membedakan antara huruf B dan D saja tidak bisa. Ya. Keluhan yang dialami Upik bukan tidak mungkin terjadi pada anak Anda. Jika demikian, bukan tidak mungkin Si Upik mengalami kesulitan belajar atau Learning Disorders (LD). DISKALKULIA Yakni ganguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Ciri-cirinya: - Kesulitan dalam berhitung. Misalnya, sulit menghitung uang kembalian. Anak pun kadang menjadi takut memegang uang atau menghindari transaksi. - Sulit melakukan proses matematis, seperti menjumlah, mengurang, dan membagi. - Tidak mengerti dan tidak bisa membedakan simbol-simbol dalam pelajaran matematika. Misalnya tidak dapat membedakan antara tanda - (minus) dengan +(plus), tanda + (plus) dengan x (kali), dan lain-lain. - Sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan. - Bingung mengasosiasikan simbol dengan operasi matematika yang akan dijalankan. Semisal, tidak bisa membedakan apakah tanda + (plus) untuk penjumlahan atau pengurangan. BELAJAR DARI TOM CRUISE Tahukah Anda, anak yang mengalami LD bukan berarti nantinya tidak bisa menorehkan prestasi. Albert Einstein, John F. Kennedy, Mozart, John Lennon, Cher, Salma Hayek, Keira Knightley, dan Tom Cruise adalah beberapa publik figur yang mengalami disleksia. Misalnya Tom Cruise. Aktor Hollywood ini mungkin lemah membaca tetapi pemahaman aktingnya bagus dan terbukti bisa menjadi aktor hebat. Berikut saran Nina bagi orangtua yang anaknya mengalami salah satu gangguan LD. - Bawa ke psikolog. Psikolog-lah yang bisa menentukan, si anak menderita LD atau tidak. Karena bisa jadi metode belajarnyalah yang jadi penyebab. Semisal, anak selalu dimarahi saat belajar sehingga dia jadi malas belajar membaca dan menulis. - Belajar yang menyenangkan. Melalui cara belajar yang menyenangkan, sedikit-sedikit dia akan bisa. Turunkan juga target belajarnya agar anak tak terlalu stres. - Beri dorongan. Jangan sampai si anak merasa rendah diri. Artinya, jangan sampai ketidakmampuannya dalam membaca atau menulis diumbar ke orang lain. Beri dorongan supaya dia bisa dan mau belajar. - Terapi bersama. Terapi bisa dilakukan dan lebih bagus jika bersama orang tua anak. Jika hanya dilakukan oleh terapis, tidak ada kedekatan antara orangtua-anak dan orangtua juga tidak terlalu tahu perkembangan anak. - Tak perlu kelas khusus. Penderita LD tidak harus masuk kelas khusus karena kemampuan mereka relatif sama dengan anak-anak lain. Kalau memungkinkan, mereka tetap berada satu kelas dengan teman-teman mereka tetapi pendekatannya lebih spesial. Semisal, jika kesulitan membaca sebaiknya dibacakan secara lisan atau ada teman yang membantu. Jika ditempatkan di sekolah khusus, kemampuan-kemampuan lainnya malah jadi tidak berkembang. - Kemampuan lain. Dorong dan kembangkan kemampuan anak yang menonjol di bidang lain. Jangan sampai gara-gara tidak bisa baca masa depan anak jadi hancur total. PERLUNYA DETEKSI DINI Orangtua perlu melakukan deteksi dini LD. Tanda-tanda kesulitan belajar sangat bervariasi dan tergantung pada usia anak. Berikut beberapa tanda-tandanya: - Daya ingat (relatif) kurang baik - Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingat - Sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan satu tugas atau kegiatan tertentu dengan tuntas - Impulsif (bertindak sebelum berpikir) - Sulit konsentrasi atau pehatiannya mudah teralih - Sering melakukan pelanggaran baik di sekolah atau di rumah - Problem emosional seperti mengasingkan diri, pemurung, mudah tersinggung atau acuh terhadap lingkungannya - Menolak bersekolah - Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk atau rutinitas tertentu - Ketidakstabilan dalam menggenggam pensil/pen - Kesulitan dalam mempelajari pengertian tentang hari dan waktu Dok.Nova Sumber: http://default.tabloidnova.com/article.php?name=/ketika-si-upik-tak-juga-bisa-membaca-2&channel=keluarga%2Fanak

1 komentar: